Minggu, 22 Mei 2011

Sedikit Curhat Tentang Kepel News

Hampir semua mahasiswa jurusan ilmu komunikasi UGM pasti tahu Kepel News. Paling tidak pernah mendengar namanya sekali dalam hidupnya di komunikasi UGM. Ya, Kepel News adalah media komunitas berupa buletin yang diterbitkan oleh Korps Mahasiswa Komunikasi UGM (Komako UGM). Dalam Kepel News berisi artikel-artikel atau berita seputar JIK UGM atau semua yang berhubungan dengan komunikasi. Hmmm...setidaknya itulah yang aku ketahui tentang Kepel News tiga tahun belakangan ini.

Tidak tahu persis sejak kapan Kepel News ini terbit dan mengapa dinamakan Kepel News. Untuk pertanyaan yang terakhir mungkin sebenarnya sudah jelas, bahwa kepel adalah salah satu simbol komunikasi UGM. Masih ingat pertama kali dapat Kepel News waktu awal-awal semester 1, dan kalau boleh jujur Kepel News yang aku terima waktu itu kurang menarik (ampun..ampun siapapun dulu yang buat). Meski kurang menarik tapi isinya lumayan informatif lah bagi mahasiswa baru. Dan itulah Kepel News pertama dan yang terakhir kali aku dapat.

Ceritaku dengan Kepel News (halah) berlanjut ketika secara resmi saya menjadi anggota Komako UGM, Departemen Medkominfo di tahun 2009. Ketika oprec saya baru tahu bahwa ternyata Kepel News itu yang menerbitkan adalah departemen Medkominfo. Mungkin karena di CV yang saya masukan tertulis saya memiliki ketertarikan di bidang IT, saya di terima di departemen ini dan diberi tugas sebagai layouter Kepel News untuk kepengurusan 2009/2010. Mendapat tugas seperti itu sebenarnya saya bingung karena sebelumnya sama sekali belum pernah melayout apapun, mengutak-atik photoshop dan software desain grafispun cuma asal-asalan dan tak ada karya nyata. Tapi yasudahlah semuanya pasti bisa dipelajari pikirku waktu itu.

Akhirnya tugas pertama di mulai ketika ospek 2009, dimana sesuai proker Medkominfo, Kepel News edisi pertama terbit di hari terakhir ospek jurusan. Ini adalah pengalaman melayout pertama dan termepet seumur hidup, dimana semua dikerjakan sore hari sebelum Kepel News tersebut terbit. Jadi sepulang dari bertugas menjadi panitia ospek 2009, langsung aku layout beberapa artikel dan foto-foto terbaru tentang ospek kemudian malamnya aku berikan pada asta untuk dicetak, karena waktu itu kami belum tahu tempat mencetak dan mengingat waktu tinggal beberapa jam, akhirnya Kepel News edisi Maba itu dicetak manual menggunakan printer biasa. Harus aku akui itu memang bosok sekali hasilnya meski lebih baik dari fotokopi, tapi pengalaman pertama dan mepetnya waktu bisa dijadikan pembenaran waktu itu hehee.

Waktu edisi pertama yang (harus aku akui) bosok sekali, memang tidak ada yang mempermasalahkannya (atau mungkin aku tidak mendengar). Tapi masalah kemudian mulai terdengar ketika edisi kedua, ketiga dan seterusnya. Masalah pertama datang dari segi layout yang sangat wagu katanya, seperti buletin jumat masjid lah. Jujur waktu itu saya sangat stress mendengar itu, meski tidak langsung mendengar dari orang yang mengkritiknya. Tapi lama-kelamaan saya malah jadi bertanya-tanya sebenarnya dimana perbedaan Kepel News yang sekarang (waktu itu) dan yang sebelumnya? toh aku benar-benar menjiplak-plak-plak layout Kepel News sebelumnya. Dan semakin lama saya juga semakin jengkel karena yang mengkritik tidak pernah memberikan solusi nyata agar lebih baik. Hmm..sampai-sampai pernah terbit Kepel News tandingan bernama Bukan Kepel News. Baiklah harus diakui memang hasil cetaknya jelek sekali tapi bagaimana mau mencetak bagus jika setiap terbit hanya dianggarkan Rp 50.000 untuk cetak?. Untuk mengatasi ini aku sempat berinisiatif untuk menggabungkan anggaran cetak 2 bulan menjadi 1, hasilnya terbitlah Kepel News berwarna biru. Meski masih menuai kritik, tapi sedikit terdengar ada yang bilang kalau ada peningkatan.

Akibat pengalaman itu, saya sempat trauma ketika harus melayout semacam media yang mempunyai tulisan banyak. Dan ketika diakhir kepengurusan Komako 2009/2010 saya bertekad tidak akan lagi melayout Kepel News. Kalaupun saya melanjutkan Komako kepengurusan selanjutnya, saya mau pindah departemen, begitu niatan saya diakhir kepengurusan 2009/2010. Tapi ternyata niat hanyalah niat saja, sepertinya Allah berkehendak lain. Ketika Fania terpilih menjadi ketua Komako yang baru, dia mempercayakan jabatan Kepala Departemen Medkominfo padaku. "hai Kepel News, sepertinya kita akan bersama lagi" itulah yang aku katakan dalam hati ketika Fania memintaku menjadi Kadep Medkominfo.

Meski sejak saat itu banyak perubahan drastis pada Kepel News, jujur sampai saat ini aku masih agak malas dan trauma ketika harus melayout Kepel News. Tapi aku selalu berusaha mengubah kemalasan dan rasa trauma itu menjadi sebuah motivasi agar mendapat ide bagaimana caranya, mbuh piye carane jangan sampai terdengar kritik semacam itu lagi. Meski harus diakui itu SUSAH!
Hmmm..entahlah beberapa hal yang sangat aku benci justru kini menjadi semacam jalan bagiku mencapai tujuanku. Dulu aku begitu benci IPS tapi malah aku masuk jurusan IPS ketika SMA. Seseorang yang tadinya sangat aku benci justru menjadi seorang teman menulis cerita yang tak terlupakan. Suatu benda bernama Kepel News yang tadinya begitu aku benci justru menjadi semcam portfolio terbaikku. Yaaa..kehidupan memang penuh misteri :)

0 comments:

Posting Komentar