Senin, 02 Mei 2011

Menonton TV itu Penting

"kamu tau iklan ini ga..." kata Nesha sambil menceritakan sebuah iklan di TV, ketika kumpul kelompok Produksi Iklan. Sambil mengernyitkan dahi aku mencoba mengingat-ingat iklan yang diceritakan Nesha, karena tidak menemukan iklan tersebut dalam memory di kepala lalu dengan spontan aku berkata "haa? yang mana?" langsung saja semua memandangku dengan tatapan heran atas peryataanku tadi.

Mungkin itu sebagian moment ketika aku terlibat dalam suatu pembicaraan tentang TV dan tidak tahu apa-apa tentang acara atau iklan di TV. Banyak moment serupa yang terjadi di lain waktu, meski lebih sering aku berlagak sok tahu dan ketika pulang aku mencoba mencari tahu tentang ketidak tahuanku itu. Hahahaha...memang tidak selalu moment itu terjadi, tapi sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang setiap harinya mempelajari tentang media, pesan dan komunikasi, menjadi agak aneh bagiku ketika dihadapkan dengan permasalahan seperti itu.

Padahal jika diingat-ingat lagi sejak kecil, menonton TV adalah semacam kebutuhan bagiku bagiku. Satu hari tanpa TV rasanya seperti sayur tanpa garam kurang enak kurang sedap hahaha. Itulah salah satu alasan mengapa aku memilih Jurusan Ilmu Komunikasi sebagai kelanjutan studiku setelah SMA. Aku berpikir mungkin disinilah salah satu kebiasaanku akan semakin berkembang dan (akhirnya) bermanfaat. Tapi ternyata faktanya justru berkebalikan, semakin kesini malah semakin berkurang jam menonton TV ku, tidak lebih dari 30 menit sehari dan tidak ada 2 jam dalam seminggu.


Lahir di era 90an adalah suatu keberuntungan yang patut disyukuri. Tahun dimana segala sesuatunya sudah mulai mapan dan berkembang dengan cepat tapi tidak melupakan idelisme, tak terkecuali teknologi komunikasi dan informasi. Salah satu yang menandainya adalah, di tahun era inilah televisi swasta mulai berkembang dan menjadi alternatif lain dari TV nasional. Masih ingat ketika betapa bahagianya menemukan stasiun TV baru meski itu hanya siaran percobaan tapi tetap saja tidak sabar menanti stasiun tersebut siaran. Masih teringat juga ketika setiap sore kita buru-buru mandi agar tidak ketinggalan nonton Ksatrian Baja Hitam, Saint Seiya, Jiban dan masih banyak lagi. Hahahaha...generasi 90an adalah generasi yang menjadi saksi mata kelahiran TV Swasta Nasional dan mulai bersahabat dengannya.

Dunia pertelevisian Indonesia semakin semarak di tahun 2000an ketika semakin banyak TV swasta yang hadir dan semakin berkembangnya layanan TV berlangganan di era ini pula internet sebagai media baru semakin memasyarakat. Persaingan antara satu stasiun TV dan stasiun TV yang lain semakin ketat, dan disinilah kejenuhan mulai terasa ketika tayangan TV terestrial semuanya seragam. Sehingga internet kemudian menjadi alternatif lain untuk mendapatkan informasi.

Jika dirunut, disinilah titik tolak dimana sedikit demi sedikit meninggalkan TV. Ketika kuliah, tugas, kampus, jalanan macet, organisasi telah menjadi keseharian dan makanan sehari-hari, internet menjadi dewa penolongku untuk menhadapi aktivitas-aktivitas tersebut. Kenapa? karena internet menyediakan semua hal yang dibutuhkan dan tidak terikat jadwal, dan inilah yang aku butuhkan.



Semuanya berlangsung baik-baik saja meski meninggalkan TV, sampai pada suatu ketika ketika kau harus merancang sebuah strategi komunikasi dan berbicara dan mempersuasi pada sekelompok orang, itu mulai menjadi masalah. Ketika merancang sebuah strategi komunikasi, berbicara dan mempersuasi pada sekelompok orang, kau harus memahami bagaimana pola pikir mereka, kebiasaan mereka, harapan mereka dengan kata lain INSIGHT mereka. Dan kau perlu mengetahui bagaimana perkembagan masyarakat luas trend yang berkembang dan sebagainya, hal tersebut belum bisa didapatkan melalui internet.

Internet memang menyediakan segalanya, disitu kau bisa bertindak sebagai Tuhan atas dunia yang kau ciptakan. Kau bisa memilih dan melihat mana informasi yang kau butuhkan, bisa dikatakan kau akan selalu melihat kesempurnaan kalau tidak mau dibilang melihat apa yang ingin kau lihat. Tapi sebenarnya kau tidak melihat "kenyataan". Dengan kata lain, dari sini aku mulai memahami bahwa ketika kita ingin memahami bagaimana "kenyataan" masyarakat yang ada maka lihatlah media apa yang mayoritas mereka konsumsi, atau lihatlah TV karena bisa dikatakan media yang paling banyak dikonsumsi umat manusia di dunia ini adalah TV.

Tak selamanya kita membutuhkan semua hal yang baik, adakalanya kita harus melihat seuatu yang tidak baik. Karena darimana kita bisa tahu apa yang dilakukan atau apa yang kita ciptakan itu baik tanpa melihat sesuatu yang tidak baik? :)

Satu kalimat terakhir, mari menonton TV, meski itu membuat matamu "berdarah" menonton TV tetaplah penting!

0 comments:

Posting Komentar