Jumat, 14 Juni 2013

Bye...bye...

Ada pertemuan pasti ada perpisahan, tapi tidak menutup kemungkinan untuk bertemu lagi. Sampai jumpa 31 Hari Menulis tahun 2013. Tahun depan saya pasti ikut lagi :)

Kamis, 13 Juni 2013

Rindu Berperang

Secara random hari ini saya merindukan bermain game di PC saya. Padahal di PC saya yang sekarang tidak ada sama sekali game yang terinstall. Entah apakah di windowns 8 ada game bawaan dari Microsoft atau tidak tapi setahu saya game yang ada adalah game online.

Saya tidak pernah memproklamirkan diri sebagai seorang Gamer, karena toh sudah 4 tahun lebih saya hampir tidak pernah bermain video game di PC. Meski motivasi saya dulu membeli PC sendiri adalah untuk bermain game. Dulu ketika masih kecil saya senang sekali bermain video game. Nintendo hingga Playstation pernah saya mainkan, meski tidak selalu milik saya sendiri console nya. Karena tidak punya, dulu saya sering nebeng main video game di rumah teman saya. Meski sebenarnya saya juga pernah dibelikan console sendiri tapi entah kenapa tidak pernah bertahan lama alias cepat rusak hahaha.

Ketika SMP saya menabung untuk membeli PC sendiri untuk bermain video game. Baiklah tidak 100% uang saya sendiri tapi setidaknya 60% saham adalah milik saya. Niat utamanya memang untuk main video game, meski pada orang tua saya bilangnya ingin belajar komputer, ya biar dibelikan hehehe. Dan benar saja PC baru saya sama sekali tidak ada games nya. Hanya software-software office, editing video, dan photoshop.



Hingga suatu hari saya dipinjami teman saya sebuah CD installer game. CD tersebut berisi 3 buah game, semuanya game RTS (Real Time Strategy) ada Rise of Nations, Age of Empires 1 dan 2. Karena dulu saya benar-benar tidak paham komputer, dari ketiga games itu hanya Rise of Nations yang berhasil saya install. Begitu saya coba mainkan, saya langsung jatuh cinta dengan game tersebut, baik dari grafisnya juga gameplay nya.

Rise of Nations sediri adalah Real Time Strategy Gameyang dikembangkan oleh Big Huge Games. Disini kita bermain mengatur strategi sebuah nations untuk memenangkan sebuah peperangan melawan bangsa lain. Dalam game ini kita diharuskan mengelola berbagai sumber daya alam, ekonomi, teknologi, diplomasi agar bangsa kita menjadi sebuah bangsa yang besar sehingga bisa mengalahkan bangsa lain. Bisa dibilang peran kita seperti seorang Presiden.

Mungkin bagi sebagian besar orang game seperti Rise of Nations ini tidak mengasyikan. Tapi saya justru menemukan keasyikan bermain video games yang hakiki *halah* pada game semacam Rise of Nations ini. Berbagai macam genre video game sudah pernah saya mainkan, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan bermain video game seperti bermain RTS. Selain genre RTS, game dengan genre simulation seperti Sim City juga tidak kalah mengasyikan. Sayangnya game-game jenis RTS dan Simulation sekarang sudah jarang dikembangkan lagi, kebanyakan game jaman sekarang lebih menonjolkan sisi grafisnya, seperti jenis FPS (First Person Shooter). Ya bagaimana lagi, pasar game yang seperti itu memang lebih menjanjikan.

Membahas tentang Rise of Nations membuat saya ingin memainkan game ini lagi jika selo. Kalau ada yang punya master nya bolehlah saya mengcopynya hehehehe...

Rabu, 12 Juni 2013

Menyempatkan Liburan

Ketika mengunjungi Korea Selatan tahun lalu, agenda utamannya adalah mengikuti rangkaian acara Adstrars di Busan. Rangkaian acara Adstars sendiri selama 5 hari penuh, yang terdiri dari workshop, kompetisi dan awarding night. Berdasarkan tiket yang kami miliki, kami hanya memiliki waktu 7 hari berada di Korea. Sungguh disayangkan sebenarnya, jauh-jauh kesana tapi tidak menyempatkan menjelajahi Korea Selatan. Apa boleh buat perjalanan kami tidak bisa diextend 2-3 hari karena tiket pulang tidak tersedia hingga September awal. Jika nekat extend sampai September, kita disana harus hidup dengan apa? hahahaha.

Meski demikian 2 hari yang tersisa tetap kami sempatkan untuk sedikit menjelajahi kota Seoul dan Busan. Semua tempat yang kami kunjungi adalah tempat-tempat yang gratis tanpa tiket masuk. Meski gratis, tempat-tempat tersebut cukup merepresentasikan liburan di Korea Selatan.

Gwanghwamun Square
Entah tempat ini bisa dijadikan tujuan wisata atau tidak, tapi setiap mencari gambar yang berhubungan dengan Seoul pasti tempat ini cukup banyak keluar. Gwanghwamun Square sebenarnya adalah ruang terbuka yang berada di depan Istana Gyeongbokgung. Di tempat ini terdapat patung Laksamana Yi Sun Shin dan Raja Sejong. Pemerintahan Raja Sejong sangat terkenal dengan perkembangan ilmu pengetahuannya, mulai dari astronomi hingga ditemukannya huruf Hangeul yang kini menjadi huruf resmi Korea.








Di belakang patung Raja Sejong terdapat pintu masuk ke sebuah museum Raja Sejong yang letaknya berada di bawah tanah. Di dalamnya terdapat berbagai macam alat peraga dan replika benda-benda bersejarah yang merupakan bukti kemajuan di era Raja Sejong ini. Museum nya cukup canggih dan interaktif. Untuk memasuki museum ini pengunjung tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis.




Pantai Gwangalli
Mungkin sebenarnya tempat yang saya datangi bukan tepat di pantai Gwangalli, tapi masih di dekat pantai itu. Pantai ini berada di Busan dan tidak terlalu jauh dari pantai Haeundae, di pantai ini terdapat Jembatan Gwangan yang merupakan salah satu landmark Busan. Saya mengunjungi pantai ini karena kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap di Busan, hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Di suatu malam yang selo, setelah selesai awarding saya sempatkan melihat-lihat. Dan yang terlihat hanyalah lautan gelap, baiklah waktunya memang tidak tepat.



Myeongdong
Myeongdong adalah salah satu area komersil dan bisnis di Korea Selatan. Myeongdong terkenal sebagai pusat fashion bagi anak muda di Seoul. Kami mengunjungi tempat ini tentu saja untuk berbelanja. Setelah menghitung-hitung harta yang kami miliki. Kami sepakat untuk menghabiskan sisa harta kami untuk membeli oleh-oleh dan tanda mata. Dari stasiun Hyehwa, Myeongdong dapat ditempuh hanya sekali naik kereta sekitar 2 stasiun.




Karena bingung dan tidak tahu harus mampir ke toko apa, kami  sepakat mengunjungi UNIQLO atas ide dari Matahari. Tanpa diduga kami sedikit kalap ketika mampir di UNIQLO karena ternyata waktu itu sedang ada diskon. Saya berhasil mendapatkan satu blazer dengan harga 19.000 Won saja, belakangan ketika saya mampir di UNIQLO Singapore blazer yang sama dijual 99 Dolar Singapore, betapa beruntungnya.



Di Myeongdong sebenarnya ada banyak sekali toko tapi hampir semua sisa harta saya sudah terkuras di UNIQLO hahaha. Setelah membeli titipan mbak Pulung saya mampir ke Everysing. Bagi penggemar K-Pop pasti tahu Everysing. Everysing adalah tempat penjualan souvenir khas SM Entertaiment dimana artis-artis seperti SNSD, Super Junior, Shinee, dan lain lain bernaung. Saya hampir menyangka toko ini tutup karena toko dibawah papan nama Everysing tutup, ternyata Everysing lokasinya ada di atas dan harus menaiki lift terlebih dahulu. Didalamnya terdapat berbagai macam benda khas artis-artis SM. Sayangnya tidak ada foto tentang barang-barang yang ada di Everysing karena begitu saya mengeluarkan kamera, penjagannya langsung memberi isyarat tidak boleh memotret.

Namsan Tower
Namsan Tower atau juga disebut N Seoul Tower adalah salah satu landmark terkenal di kota Seoul. Puncak menara ini merupakan puncak tertinggi di kota Seoul. Wolhaiyo...menara ini memang berada dipuncak gunung Namsan. Lokasinya tidak jauh dari pusat perbelanjaan Myeongdong, bisa ditempuh dengan jalan kaki meski sebenarnya tidak dianjurkan. Mengapa tidak dianjurkan? bagi yang tidak terbiasa berjalan kaki, berjalan kaki 1 Km saja sudah ngos-ngosan, apa lagi mendaki gunung Namsan.

Ceritanya waktu itu kami bertiga menyempatkan mengunjungi Namsan Tower setelah berbelanja di Myeongdong. Rencana ini pun sebenarnya tidak terpikirkan sebelumnya karena jauh kira jauh ketika melihat di peta. Tapi begitu sampai Myeongdong ternyata yang terlihat menara tersebut sangat dekat, bodohnya waktu itu saya tidak berpikir jelas saja di peta yang datar terlihat jauh, pada kenyataannya memang jauh hanya saja menanjak jadi tidak terlihat jauh. Dengan percaya diri kami berjalan kaki menuju Namsan Tower, niatnya sih menghemat.

Beberapa langkah pertama menuju puncak Namsan sudah terasa melelahkan karena jalanan yang menanjak. Saya sendiri heran kenapa orang Korea memaksakan membangun jalan dengan sudut yang begitu tanjam, jalan yang kami lalui saja mungkin hampir mendekati 45 derajat. Dengan penuh perjuangan akhirnya kami sampai di rest area sekitar separuh jalan menuju puncaknya. Kami melihat ada Cable Car atau kereta gantung untuk menuju puncak Namsan, bagai melihat oase di tengah gurun pasir kami bersemangat mendekati shelter kereta gantung itu. Tapi begitu sampai di shelter kami haru mengehela nafas karena ternyata anriannya puaaaaanjang.




Jam telah menunjukkan pukul 18.30 dan sebentar lagi matahari terbenam. Oh iya saYa juga baru tahu ternyata di Korea matahari terbenam lebih lama daripada di Indonesia ketika musim panas. Kami duduk-duduk di sekitar shelter kereta gantung berharap antrian berkurang dengan cepat. Harapan untuk sampai puncak Namsan sepertinya semakin kabur ketika hampir jam 19.00 antrian masih saja panjang. Tapi kami cukup senang karena didekat shelter ada tempat untuk melihat pemandangan kota Seoul. Itulah saat pertama dan terakhir kalinya kami melihat matahari terbenam di Korea Selatan.

Di tengah kegalauan kami, kami melihat ada bus dari arah puncak yang berhenti dan menurunkan penumpang. Ternyata di Namsan Tower terdapat bus tour yang mengantar dari kaki gunung hingga puncak Namsan. Tanpa pikir panjang kami memutuskan naik bus tersebut. Karena bus yang kami naiki adalah bus yang berangkat dari puncak, maka kami harus menuruni gunung dahulu, berkeliling kota dan akhirnya naik lagi. Halah andai saja semua direncanakan pasti tidak akan sebodoh ini jadinya hahaha. Bus yang kami naiki ternyata sepenuhnya menggunakan tenaga listrik, jadi ketika sampai di puncak bus tersebut diisi ulang battery nya, wow benar-benar ramah lingkungan ya.



Di puncak Namsan tentu saja ada Namsan Tower. Seperti yang saya tahu sebelumnya, di Namsan Tower ada Love Lock. Love Lock adalah semacam tradisi yang dipercaya bila sepasang kekasih datang dan memasang gembok bertuliskan nama mereka, maka hubungan mereka akan abadi. Di Namsan Tower juga ada museum Teddy Bear, tapi sayangnya waktu itu sudah tutup dan tentu saja tidak ada alokasi dana hahaha. Beruntungnya ketika kita sampai dipuncak Namsan Tower, sedang ada video mapping. Inilah pertama kalinya saya menyaksikan secara langsung pertunjukan video mapping.



Dan petualangan di Korea ditutup dengan mengunjungi Namsan Tower dan menyaksikan pertunjukkan video mapping, besok paginya kami harus pulang ke tanah air tercinta. Liburan yang sangat-sangat singkat ini membuat saya berkeinginan untuk mengunjungi lagi negara ini. Di lain kesempatan saya benar-benar ingin menghabiskan waktu liburan untuk menjelajahi Korea Selatan. Semoga saja tidak lama lagi terwujud :)



Selasa, 11 Juni 2013

Dua Ribu Delapan





Berkaca-kaca ketika melihat kedua video tersebut. Lebay tapi memang 99% benar adanya, tak terasa waktu begitu cepat berlalu dan banyak hal telah dilakukan. Video pertama adalah video yang merangkum kehidupan mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2008 dari awal dipertemukan hingga perhelatan terakhirnya. Kalau tidak salah ingat, ketika buka bersama tahun lalu sudah di preview tapi tetap saja tak kuasa menahan air mata, halah. Video kedua adalah dokumentasi Sountrackustik, event terakhir yang diselenggarakan angkatan 2008 sekitar bulan mei 2011. Ketika Sountrackustik berakhir detik itu juga hawa-hawa perpisahan sudah mulai terasa, karena sebentar lagi KKN dan mayoritas sudah tidak ada lagi yang mengambil mata kuliah kelas.

Benar saja, beberapa bulan kemudian setelah KKN berakhir, satu persatu teman-teman mulai menjalani kehidupannya masing-masing. Ada yang skripsi kemudian lulus cepat, ada yang cuti dan melakukan kegiatan lain diluar sana, ada yang melanjutkan passionnya, ada yang mengulang, ada juga yang bingung harus berbuat apa. Meski masih sering bertemu, tetap saja kebersamaannya terasa berbeda.

Dan sekarang sudah sekitar 50% dari 140 orang (kalau tidak salah hitung) angkatan 2008 telah bergelar S.I.P. Secara angka memang seharusnya masih banyak yang bisa dijumpai di kampus tapi pada kenyataanya  bisa dihitung dengan jari satu tangan. Ya, memang sudah saatnya kita move on dari kampus Fisipol.

Mengingat bagaimana kita semua bertemu, melakukan banyak hal, dan berjaya di masanya, 2008 adalah sesuatu yang pantas untuk dibanggakan. Tetaplah sangar dan semakin sangar teman-teman :')

Senin, 10 Juni 2013

Semakin Cepat dan Berat

8 bit wisdom


Seperti sebuah video game lama, hidup manusia semakin lama, semakin cepat, semakin berat. Setiap berhasil menyelesaikan suatu masalah, level kita bertambah dan akan mendapat masalah yang semakin berat, tidak akan pernah ada kata "menang", kalaupun kita berhasil memenangkan kehidupan berarti kita juga telah mengakhiri "permainan" kita di dunia ini.

Minggu, 09 Juni 2013

Beralaskan Masa Lalu yang Kelam

Seperti biasa akhir pekan saya habiskan untuk mengedit video. Saya biasa mengedit video di PC saya yang terletak di ruang kerja.  Sebuah PC yang dari luar tampak jadul karena memang saya tidak pernah mengganti mouse, keyboad dan chasing CPU sejak SMP. Tapi PC ini lumayan bertenaga untuk mengedit video kualitas HD dari DSLR dan bermain game 3D keluaran hingga tahun 2012an lah.

Ketika sedang asik-asiknya mengedit video, kursor mouse sering meleset membuat proses editing sedikit terganggu. Karena berulang kali terjadi saya jadi penasaran apa yang membuatnya jadi begitu. Setelah diselidiki ternyata masalah terdapat pada "mouse pad" saya. Mouse pad yang terbuat dari kertas tak terpakai ini telah berubah teksturnya. Seperti yang kita tahu kertas pasti mempunyai tekstur ketika diraba, tapi "mouse pad" saya yang terbuat dari kertas ini berubah menjadi licin selicin plastik, bahkan sampai mengkilap.

Bukan karena saya tidak mampu membeli sebuah mouse pad yang wajar mengapa saya pakai kertas sebagai mouse pad. saya pernah membeli mouse pad yang ada pada umumnya tapi tidak pernah menemukan yang nyaman. Kalau tidak terlalu licin, kadang terlalu kesat, menurut saya tekstur kertas paling pas untuk mouse saya.


Saya selidiki lagi kertas apa yang sebenarnya saya pakai selama ini. Lembar pertama ternyata adalah tugas KWN yang tidak terpakai dan lembar selanjutnya adalah pengumuman hasil uji coba UNAS ketika saya masih SMA, wow...

Di daftar hasil uji coba UNAS itu saya dinyatakan tidak lulus karena ada nilai saya yang di bawah standard kelulusan. Bahasa Inggris saya waktu itu mendapat nilai 4 tanpa koma berapa pun. Waktu itu sudah diduga sebenarnya kalau saya bakal dapat nilai segitu, pasalnya saat mengerjakan saya sedang dalam kondisi flu berat sampai tak bisa berpikir. Yasudahlah diikhlaskan, toh pada akhirnya sekarang saya adalah mahasiswa semester sepulu di UGM, duh.

Sabtu, 08 Juni 2013

Saudara?



Beberapa minggu yang lalu saya menemukan sebuah "advertising agency" di Jalan Tentara Pelajar. Anehnya belum kenal dia sudah mengaku-ngaku sebagai saudara. Padahal dia nulis aja typo dan menggunakan kata autis tidak pada tempatnya. Siapa yang mau jadi saudaranya?

Jumat, 07 Juni 2013

Menjadi Mata-mata

Hari ini saya lumayan blah-bloh. Ingin memulai mengedit sebuah video, materinya masih kurang alhasil males sekali mencicilnya. Mau lanjut mengerjakan skripsi, niat tak kunjung terkumpul. Oke baiklah intinya saya malas (lagi). Pada akhirnya saya cuma ikut nebeng adik saya menonton beberapa episode Running Man.

Karena sebenarnya saya sudah menonton semuanya, sesekali saya tinggal menyimak berbagai timeline social media melalui handphone. Ah tidak ada yang menarik, yang ada hanyalah rasa iri melihat salah satu timeline yang isinya menceritakan sampainya mereka di Seoul untuk menonton konser SNSD.



Memasuki timeline arie_o ada satu tweet dari Abim yang menarik perhatian saya. Abim menceritakan bahwa dia memergoki sepasang mahasiswa yang "bermesraan" di lantai 3 gedung baru fisipol. Wow, kejadian langka yang jarang terlihat (wolhaiyo). Tapi mengingat gedung baru yang sebelah barat memang belum dipakai, sepi dan tidak dikunci, wajar saja jika ada yang memanfaatkannya. Rasa ingin tahu saya yang tiba-tiba meledak membuat saya punya pikiran untuk meletakkan kamera tersembunyi dibeberapa tempat, siapa tahu menangkap kejadian "langka".



Mendapat ide itu mengingatkan saya pada keinginan lama saya memiliki sebuah kamera sangat kecil. Kamera tersebut sangat kecil sehingga bisa disembunyikan sambil dia melakukan perekaman gambar. Dulu saya berniat memiliki kamera ini karena ingin merekam semua perjalanan saya. Baik saat naik motor, jalan kaki atau dimanapun yang memungkinkan. Karena kadang kita melewatkan sesuatu saat kita dalam perjalanan, entah kenapa saya kadang merasa memasuki mode auto pilot ketika sedang dalam perjalanan. Tahu-tahu sudah sampai di suatu tempat dan tidak ingat saya telah melewati suatu jalan. Tujuan lainnya adalah ketika membuat project selo yang membutuhkan kamera tersembunyi atau kamera yang kecil dan mudah dibawa-bawa.

Harganya tidak terlalu mahal untuk menebus beberapa kemampuan yang dia miliki. Tidak lebih dari 200 ribu rupiah di salah satu onlineshop. Mampu merekam sekitar 90 menit dengan resolusi HD, tapi bukan kualitas HD tentu saja. Selain bisa merekam video juga bisa mengambil foto, sangat mendukung aktifitas spy, seperti namanya spy camera.

Hmmmm..seharusnya saya tidak membuat posting tentang kamera ini...

Kamis, 06 Juni 2013

Karena Merem Jadi Tidak Tahu


Buka mata jika ingin tahu.

hingga lima menit sebelum deadline saya masih belum menemukan ide mau posting apa, jadi maafkan saya.

Rabu, 05 Juni 2013

Ukuran Kebahagiaan

Sebenarnya apa tujuan manusia hidup di dunia ini? Jika mendapat pertanyaan seperti itu jawabannya pasti beragam. Ada yang menjawab karena sudah takdir, ada juga yang bilang mencari bekal di akhirat, ada juga mungkin yang tidak tahu. Sebenarnya jika di telusuri lebih dalam hampir semua orang tujuan hidupnya atau setidaknya capaian terakhirnya adalah mencari kebahagiaan.

Bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Setelah membaca definisi tersebut tentu kita setuju kalau kebahagiaan adalah sesuatu yang kita semua cari, rasanya tidak ada orang yang tidak ingin merasa senang dan bebas dari segala yang menyusahkan. Hanya saja ukuran bahagia masing-masing seseorang tentu berbeda-beda. Ada yang bahagia ketika bergelimangan harta yang tidak akan habis hingga keturunan ke 21, ada yang bahagia ketika semua cita-citanya tercapai, ada yang bahagia karena dipertemukan dengan belahan jiwanya, ada yang bahagia ketika melihat orang lain bahagia, ada juga yang bahagia ketika melihat orang lain sengsara, ada.

Beberapa waktu yang lalu ketika liburan long weekend. Saya diminta sepupu saya dari Jakarta menemaninya berwisata kuliner di Bantul. Hari pertama sepupu saya minta diantar ke sebuah warung bakmi jawa di dekat rumah saya. Karena menurutnya belum ke Bantul rasanya kalau belum mampir makan bakmi jawa. Warung bakmi jawa Pak Tris ini letaknya cukup jauh dari jalan utama, dan berada ditengah-tengah desa. Tidak ada papan petunjuk apapun kecuali yang ada di halaman warung. Tapi anehnya halaman parkirnya selalu dipenuhi mobil dengan berbagai macam plat nomor. Ketika kita melihat dengan kacamata bisnis, pasti akan timbul pertanyaan, kenapa Pak Tris ini tidak menyewa tempat dipinggir jalan raya sehingga warungnya lebih mudah diakses sehingga memungkinkan datangnya lebih banyak pengunjung.

Bapak saya yang lumayan dekat dengan Pak Tris itu pernah bercerita kalau dia jualan bakmi jawa bukan karena untuk bisnis atau mencari uang, dia berjualan bakmi jawa karena memang dia sangat suka bakmi jawa dan ingin menyalurkan hobinya lewat berjualan bakmi jawa. Menurut cerita dari bapak saya juga, sebelum berjualan bakmi jawa sendiri dia sering berburu bakmi jawa di semua tempat di DIY dan Jawa Tengah. Sampai-sampai dia hafal betul karakter dan dimana bakmi jawa yang enak diseluruh DIY dan Jawa Tengah. Saking terkenalnya warung bakmi jawanya, dia pernah ditawari memasak bakmi jawa disebuah acara yang diadakan Bupati Bantul, tapi dia tolak dengan alasan "kalau nanti saya masak disana, trus yang masak di rumah siapa?"

Hari kedua saya diajak lagi berwisata kuliner. Kali ini kita mengunjungi sebuah warung mangut lele di daerah Sewon, yang letaknya didaerah belakang kampus ISI Yogyakarta. Mangut Lele disini sangat terkenal di masyarakat Jogja dan sekitarnya, dan semakin terkenal di Indonesia (mungkin) setelah Pak Bondan datang kesini. Lagi-lagi bagi yang awam pasti akan bingung mencari tempatnya karena sama sekali tidak ada papan petunjuk apapun, dan letaknya ada ditengah-tengah perkampungan, dan karena jalannya terlalu sempit, kita harus berjalan kaki sejauh 10 meter untuk menjangkau warungnya. Itupun juga tidak akan kelihatan kalau rumah itu menjual mangut lele kalau kita tidak masuk ke dalam rumahnya. Dan lagi-lagi anehnya di gang dekat warung mangut lele tersebut berjajar mobil-mobil mewah dengan berbagai macam plat nomor.




Mangut lele tersebut dijual langsung dari dapurnya. Jika ingin dimakan disitu, tinggal ambil piring dan nasi lalu makan di ruang tamu layaknya sedang bertamu dirumah orang, jauh dari konsep warung yang paling sederhana sekalipun. Di ruang tamu dipajang foto-foto orang terkenal yang pernah datang kesitu, seperti Indro Warkop DKI, Surya Saputra, Guruh Soekarnoputra dan lain-lain.

Dari kedua tempat yang saya kunjungi tersebut ada kesamaan yang dapat kita ambil. Keduannya adalah orang-orang yang sudah merasa bahagia karena menjalani apa yang mereka senangi dan merasa cukup dengan apa yang telah mereka peroleh. Keduanya bisa saja memilih menerapkan ilmu bisnis yang lebih baik, sehingga warung kecilnya menjadi restoran yang besar dengan omzet ratusan juta tiap minggunya. Tapi mereka lebih memilih merasa cukup dan bahagia dengan apa yang telah mereka peroleh.

Jadi tidak semua orang memiliki ukuran kebahagiaan yang sama. Ada orang yang seperti Pak Tris yang bahagia karena bekerja dengan hal yang dia sukai, sesederhana itu. Kata nenek saya dulu, orang Jawa itu nrimo ing pandum atau artinya menerima dengan penuh rasa syukur atas apa yang telah diperoleh, kita berusa sekuat tenaga yang kita punyai dan menyerahkan hasil sepenuhnya pada sang pemilik kehidupan. Sekali lagi ukuran kebahagiaan seseorang itu tidaklah sama, tidak ada yang salah atau benar. Yang ada hanya apakah kebahagiaan itu cocok dengan ukuran kebahagiaan kita.

Jika ditilik dari konsep hidup manusia modern yang saat ini dianut banyak orang, dimana capaian hidup harus semakin tinggi dan sebisa mungkin memiliki materi yang berlimpah agar kebutuhan terpenuhi, mungkin konsep nrimo ing pandum adalah konsep yang tidak masuk akal. Tapi jika dengan begitu sudah bahagia? apa lagi yang harus dicari?


Selasa, 04 Juni 2013

Cowok yang Mesake

Selepas deadline 31 Hari Menulis berlalu, dan hari berganti menjadi selasa, saya memutuskan untuk pindah dari menatap layar 22" ke layar 14" di kamar. Karena tak ada lagi yang ingin dilakukan, terbelesit keinginan untuk memainkan sejumlah lagu di winamp. Malam itu saya memutuskan untuk memaikan semua lagu Sheila on 7, karena memang sudah lama telinga ini tidak mendengar lagu-lagu dari mereka.

Siapa yang tidak tahu Sheila on 7? Semua anak 90an Indonesia pasti tahu dan juga mengidolakannya. Sheila on 7 adalah salah satu band legendari Indonesia, yang mendapat gelar Band Sejuta Copy karena berhasil menjual album sebanyak lebih dari 1 juta copy, 3 album berturut-turut. Ketika memutar lagu-lagu dari Sheila on 7 pasti secara otomatis juga memutar kembali memory-memory masa muda dulu. Waktu itu ketika masih SD saya dan teman-teman sering menyanyikan lagu-lagu Sheila on 7 ketika istirahat atau berkumpul bersama, pokoknya Sheila on 7 adalah idola anak 90an.

Menariknya ada satu hal yang baru saya sadari belakangan ini tentang lagu-lagu Sheila on 7. Untuk sekedar informasi, saya biasanya menyukai musik bukan karena liriknya, tapi karena lagunya. Jadi tidak jarang saya menyukai sebuah lagu tapi tidak mengetahui liriknya tentang apa sampai beberapa bulan bahkan tahun, hal itu bahkan sampai sekarang masih sering terjadi. Nah, kasus tersebut terjadi juga pada lagu-lagu Sheila on 7.

Karena tidak ada pikiran apapun saya menyelokan diri memahami lirik-lirik lagu Sheila on 7 yang saya putar. Ada banyak sekali lagu, sekitar 60-70an kalau tidak salah. Dari sekian banyak lagu itu dapat saya simpulkan bahwa lagu Sheila on 7 selalu konsisten dengan satu tema, Cowok yang mesake. Mesake dalam bahasa Indonesia kurang lebih sama artinya dengan kasihan. Ya, lagu-lagunya selalu menceritakan seorang lelaki yang mesake, tidak berdaya di depan wanita, kehilangan kesempatan dan lain-lain, pokoke mesake.



Misalnya saja, lagu yang berjudul Pria Kesepian. Dari judulnya saja sudah mesake, bercerita tentang seorang pria yang ditinggal pergi kekasihnya. Misal lagi lagu yang berjudul Pejantan Tangguh, judulnya mungkin kelihatan sangar tapi lagu tersebut bercerita tentang seorang pria lemah yang berharap menjadi pejantan tangguh. Selanjutnya lagu yang berjudul Yang Terlewatkan, bercerita tentang seorang lelaki yang terlambat menyadari bahwa bidadari yang selama ini ia nanti sebenarnya sudah ada di dekatnya. Dia baru sadar ketika bidadari tersebut sudah bersama orang lain, ah mesake tenan yo? Bahkan lagu yang baru pun juga masih sama, Hari Bersamanya. Bercerita tentang seorang pria yang sedang jatuh cinta pada seorang wanita pujaannya sampai-sampai tak berdaya ketika dihadapannya, menatap matanya pun tak kuasa. Benar-benar kasihan.

Tulisan ini tidak dimaksudkan menjelek-jelekan lagu Sheila on 7, karena saya sendiri juga sejak dulu mengidolakan Sheila on 7. Menurut saya banyak lagu mereka yang liriknya tak lekang oleh waktu. Memutar lagu-lagu mereka sama seperti menyalakan mesin waktu.

Senin, 03 Juni 2013

Sendirian Kenapa Tidak?

Sore ini sepulang dari kampus saya mampir ke sebuah cafe di daerah Sagan. Kedatangan saya ke cafe tersebut dalam rangka memenuhi janji untuk bertemu dengan seseorang. Sebelum menuju TKP, perasaan tidak enak dan tidak nyaman menghantui keberangkatan saya. Pasalnya battery handphone saya sudah menunjukkan angka 2% dan saya tidak membawa charger ataupun powerbank. Tidak nyaman karena saya hampir bisa memastikan saya pasti datang duluan dan akan menunggu sekitar 15 menit. Dan ramalan saya benar-benar menjadi kenyataan, halah.

Begitu sampai tempatnya saya segera mencari tempat untuk duduk. Tak disangka saya bertemu seorang teman yang hendak meninggalkan tempat itu. Karena lumayan lama tidak bertemu kami melanjutkan sapaan ke sebuah obrolan kecil menanyakan kabar dan bla bla bla. Sampai obrolan tersebut berujung pada sebuah pertanyaan yang dilemparkan oleh teman saya, "kok dewean je? koyo wong ilang wae (kok sendirian? kayak orang ilang aja)" dengan jujur saya jawab kalau mau ketemu orang, lalu obrolan berakhir ketika teman saya berpamitan.

Pertanyaan "kok dewean je? koyo wong ilang wae" sering sekali saya dapati ketika pergi ke suatu tempat dan bertemu dengan orang yang saya kenal. Meski saya tahu dalam beberapa konteks seperti kejadian tadi pertanyaan "kok dewean je? koyo wong ilang wae" adalah pertanyaan basa-basi, dan tanpa tendensi apapun. Tapi ada beberapa momen atau konteks tertentu dimana pertanyaan itu dibarengi dengan rasa heran, merasa aneh, atau memang ada tendensi tertentu. Nah, itu yang kadang membuat saya bertanya-tanya, memangnya kenapa sih kalau pergi sendirian?

Ketika di sekolah dulu entah pelajaran KWN atau Sosiologi, sering dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia adalah mkhluk yang secara naluri senang bergaul dan hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara seutuhnya hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri, begitu kata Plato (atau Aristoteles ya?). Sehingga memang secara alami orang akan merasa "aneh" ketika melihat seseorang manusia lain sendirian. Jadi jangan buru-buru menyalahkan mereka juga yang mempertanyakan pertanyaan tadi, "kok dewean je? koyo wong ilang wae".

Tapi manusia juga disebut makhluk individu, sebuah organisme yang hidup berdiri sendiri, bersifat bebas dan tidak mempunyai keterikatan organik dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia juga punya naluri dan otoritas untuk hidup sesuai dengan kehendaknya sendiri. Seseorang adakalanya juga ingin beraktivitas sebagai individu sendirian tanpa ada keterikatan dengan orang lain, contohnya saja keteki melakukan ritual pagi, apa iya kita harus mengajak orang lain untuk turut serta ikut melaksanakan ritual tersebut?



Menurut saya seseorang kadang melakukan sesuatu sendirian karena memang sedang ingin sendiri, menikmati waktunya sendiri, tapa keterikatan dengan orang lain, memikirkan sesuatu karena sering kita tidak pernah benar-benar memikirkan sesuatu ketika bersama orang lain, berkomunikasi dengan dirinya sendiri atau karena aktifitas itu akan lebih bermakna atau lebih enak kalau dilakukan sendirian. Meski harus diakui seringkali sendirian juga karena terpaksa, karena memang tidak ada orang lain yang bisa diajak.

Menonton film di bioskop adalah salah satu aktifitas yang menurut saya akan lebih nyaman jika dilakukan sendirian. Hmm mungkin tidak hanya saya yang berpikiran begitu, beberapa orang yang pernah menonton film di bioskop sendirian pasti setuju dengan pendapat saya. Menonton sendirian meminimalkan hal-hal yang berpotensi menjadi distraksi saat menikmati sebuah film. Misal saja, ketika menonton bersama-sama tidak jarang teman kita berkomentar atau menanyakan sesuatu yang kita sendiri juga belum tahu, pada akhirnya konsentrasi kita terbagi. Hal tidak mengenakan nonton sendirian mungkin hanyalah ketika harus mengantri dan menunggu lama.

Pergi ke toko buku juga kadang lebih enak kalau pergi sendirian. Dengan pergi sendiri kita lebih nyaman membaca-baca buku apa yang akan kita beli, atau mungkin sekedar melihat-lihat. Ketika pergi bersama orang lain, mungkin akan ada perbedaan kepentingan yang kadan berpotensi mengundang perpecahan, halah. Aktifitas lain seperti travelling juga sebelas dua belas dengan pergi ke toko buku, kalau kepentingan masing-masing individu terlalu berbeda, tidak jarang pasti akan terjadi perpecahan.

Meski saya tidak masalah melakukan apa-apa sendirian, saya tetap lebih memilih bersama-sama jika memang bisa dilakukan bersama-sama. Ketika melakukan aktifitas bersama-sama, memang tujuan utamanya bukan mencari "kepuasan" yang sempurna seperti yang dimaksud di atas, tapi hal-hal lain yang ditimbulkan karena adanya aktifitas bersama. Seperti pertukaran informasi, pengalaman, kebersamaan, dan memory. Hal-hal tersebut kadang tidak diperoleh ketika melakukan aktifitas secara sendirian.

Jadi ketika seseorang melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat sendiran, jangan buru-buru menilai orang tersebut aneh atau kesepian. Bisa jadi memang dia sedang memanjakan dirinya menikmati dan menghabiskan waktu yang ada sendirian. Atau bisa juga merupakan perwujudan kemandirian dan independenitas karena tidak bergantung dengan orang lain. Tapi jika dia sendirian dan terlihat bingung, toleh kanan toleh kiri bisa jadi dia sedang tersesat.



Minggu, 02 Juni 2013

2050

Tahun 2050

Aku sudah berumur 60 tahun

Aku kembali lagi ke Jogja

Anakku yang pertama sudah hidup sendiri bersama keluarganya

Sebentar lagi punya cucu

Teman-temanku sudah semakin sangar dan tersebar keseluruh penjuru dunia

Indonesia memperingati ulang tahun kemerdekaannya yang ke-105

Indonesia menjadi negara yang jauh lebih maju

Aku merasa bodoh dulu menganggap 5 MBps adalah koneksi internet yang cepat

Sekarang sedang nge-trend travelling ke bulan

Perang masih saja terjadi

Untung saja belum kiamat



Sabtu, 01 Juni 2013

Mendengar



Di dunia ini banyak sekali orang yang pandai berbicara. Tak terhitung lagi jumlah MC ternama, orang yang pandai berpidato, motivator, presenter, Dosen. Semua pandai berbicara.
Tapi sepertinya tidak pernah mendengar ada orang yang terkenal karena pandai mendengar. Mungkin karena kita sejak kecil diajari bagaimana berbicara bukan mendengar. Mendengar mungkin dianggap remeh karena sudah dengan sendirinya kita bisa mendengar sejak terlahir ke dunia. Di berbagai jenjang pendidikan pun tidak ada pelajaran khusus mendengar tapi ada mata kuliah Public Speaking.
Telinga kita ada dua, mulut kita ada satu. Seharusnya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Jumat, 31 Mei 2013

Hari Ke-151

Tinggal beberapa menit lagi bulan Mei akan pergi meninggalkan kita. Ya, hari ini tanggal 31 Mei dan besok sudah tanggal 1 Juni. Bulan yang selama tiga tahun terakhir ini saya tetapkan sebagai salah satu bulan yang istimewa. Selain karena sejak saat itu 31 Hari Menulis terlahir di dunia, sejak saat itu juga saya menganggap bulan Mei sebagai barometer bagi bulan-bulan berikutnya.

Mengapa sebagai barometer? Karena ketika banyak hal baik yang dilakukan hingga Mei berakhir maka di bulan-bulan berikutnya semua akan berjalan dengan baik dan bahagia, halah. Tapi memang seperti itulah pola-pola yang sudah terulang selama tiga tahun belakangan ini, setidaknya bagi saya.

Hingga hari ke seratus lima puluh satu ini alhamdulillah saya selalu diberi kesehatan, tak ada satu haripun yang saya lalui dengan sakit. Mungkin ada beberapa jam yang saya lalui dengan sakit kepala, tapi tidak signifikan. Semoga saja di tahun 2013 saya tidak pernah sakit sama sekali, amin.

Namun demikian sepertinya tahun 2013 ini akan berlalu sangat cepat dan hampir tak terasa. Hingga hari ke-151 ini saja saya merasa telah melewatkan banyak hal dengan percuma. Banyak peluang emas yang seharusnya bisa saya ambil jika saja punya keinginan yang kuat. Semoga saja ini yang terakhir dan tidak terulang lagi mulai besok, hmmm atau beberapa menit lagi lebih tepatnya.

Good bye May...

Kamis, 30 Mei 2013

Menanti Kepastian Darimu

Pagi ini pukul 08:28 kuterima SMS darimu. Tak perlu menunggu lama langsung saja kubalas SMS darimu. Menit demi menit kutunggu balasnmu tapi tak kunjung kuterima, menit berganti jam, satu jam, dua jam, balasanmu tak kunjung datang. Segala macam pikiran negatif mulai datang memenuhi kepala.

Makan tidak tenang, mandi pun juga tidak tenang. Yasudahlah, mungkin memang sedang sibuk begitu pikirku. Karena jam sudah menunjukkan pukul 09:45 aku bergegas berangkat ke kampus karena memang sudah ada janji, tapi aku masih mengharap balasanmu sesegera mungkin.

Dalam perjalanan ke kampus pikiranku tetap tidak tenang. Tak ada getaran apapun yang kurasakan di saku kiriku. Sesekali aku sempatkan melihat handphone ketika lampu menyala merah, siapa tahu ada balasn darimu. Ah..benar-benar mulai khawatir karena tak segera mendapat balasan darimu. Apakah ada yang salah dari SMS ku tadi?

Sampai di kampus lagi-lagi aku tak melihat notifikasi apapun pertanda belum ada balasan darimu. Rasa khawatir, panik, dan takut semakin terasa menyiksa di pikiran dan hatiku, tapi apa yang bisa aku perbuat? Ketika bertemu dengan teman-temanku, pikiranku seolah-olah tak hadir bersama badanku. Berkali-kali ku lihat handphone dan coba ku SMS lagi dan lagi, tapi tak ada balasan, rasanya begitu tersiksa.

Hingga tulisan ini hampir selesai ditulis, tak ada kepastian darimu. Berbagai upaya telah aku coba untuk mendapat kepastian darimu, termasuk mementionmu di twitter tapi tak ada kepastian juga. Tidak tahukah kau betapa tersiksanya menanti balasan dan kepastian darimu. Aku hanya takut, takut kehilanganmu seratus ribu rupiah! wahai Indosat segeralah beri kepastian apakah aku salah mendaftar paket internet dan kehilangan seratus ribu rupiah atau memang belum terdaftar karena jaringan yang sibuk? Ah...harusnya aku berbahagia di hari ulang tahunnya Yoona, tapi kenapa malah begitu galau seperti ini, wahai Soekarno-Hatta janganlah kau pergi begitu saja. Baiklah abaikan saja kalimat sebelum ini....


Rabu, 29 Mei 2013

Mulai?





Ah..kelihatannya simple dan indah di tulisan, tapi tak se-simple dan seindah itu rasanya. Kadang menjadi orang bodoh dan nekat itu penting...

Selasa, 28 Mei 2013

Bertemu Kembali

"Aku ada di kotamu sampai hari Minggu"
Begitulah SMS yang aku kirim padanya tiga hari yang lalu. Sampai detik ini dalam perjalananku ke stasiun, tak ada balasan sama sekali darinya. Mungkin dia sibuk atau mungkin dia sudah tidak lagi menyimpan nomorku, begitu pikirku di dalam taxi sambil memandangi jalanan menuju stasiun.

Sampai di stasiun, terlihat awan mulai menghitam tanda sebentar lagi hujan akan turun. Ku berikan uang sejumlah yang tertera di argo kepada pak sopir.

"Pak, bisa minta tolong bantu bawa koper saya yang satunya?" tanyaku pada pak sopir. "Oh iya, mbak" Pak sopir kemudian bergegas membuka bagasi dan mengambil koperku dan membawakannya sampai di depan pintu masuk stasiun.

"makasih Pak"

"iya mbak, selamat jalan" ucap pak sopir sambil memberikan senyuman, akupun mengangguk dan kubalas senyumannya.

Kulihat jam di handphone masih sekitar satu jam lagi keretaku berangkat. Belum sempat handphoneku masuk ke dalam saku, terasa getaran tanda ada SMS yang masuk.

"Masih di Jogja?" perasaan antara jengkel dan senang bercampur aduk ketika tahu pesan itu adalah balasannya setelah 3 hari berlalu.

Tanpa pikir panjang kumasukkan lagi handphone ku kedalam saku. Tak ada gunanya juga aku balas, begitu pikirku.
Setengah jam aku duduk di ruang tunggu bagian luar stasiun Tugu, entah kenapa aku tidak langsung masuk saja ke dalam dan menunggu kereta datang. Kulihat lagi handphoneku dan kutulis sebuah pesan singkat.

"Masih, tapi setengah jam lagi udah berangkat ke Jakarta hehehe..." entah apa yang aku pikirkan waktu itu seolah tangan ini reflek membalas SMS darinya. Tak lama kemudian sebuah SMS masuk, "Ooh..sayang sekali ga bisa ketemu, seminggu ini aku sibuk banget". Aku hanya mengehela nafas agak panjang, bingung harus ku jawab apa SMS itu. Daripada berpikir dan berharap yang tidak mungkin, langsung saja aku masuk ke dalam dan memutuskan untuk menunggu kereta di dekat peron.

Pukul 18:20 keretaku telah siap berangkat, menunggu semua penumpangnya naik kereta. Aku beranjak dari kursiku dan berjalan menuju kereta. Sampai jumpa Jogja, entah kapan aku akan kembali lagi ke kota ini. Begitu pamitku pada Jogja, kota tempatku mengukir berbagai kenangan indah.

Tanpa menengok lagi ke belakang aku terus berjalan menuju pintu gerbong dimana aku akan duduk. Beberapa langkah lagi aku masuk ke dalam kereta, tapi langkahku terhenti ketika menyadari ada yang menggenggam tangan kananku dari belakang. Secara reflek aku menengok ke belakang dan terkejut ketika mendapati seorang yang sudah tak asing, ada di belakangku. Hanya dalam hitungan sepersekian detik mataku terasa berat dan berkaca-kaca serasa akan meneteskan air mata. Spontan aku memeluknya tanpa memperdulikan sekitar dan membenamkan mukaku di dadanya seolah tak mau seorangpun melihat air mataku menetes.

"Hey...kamu sedikit lebih tinggi sekarang..."

Begitu yang dia katakan ketika menerima pelukkanku, sambil sesekali mengusap dan membelai rambutku.



Bersambung....

Senin, 27 Mei 2013

Belajar Membaca Huruf Alien

Bulan puasa tahun lalu adalah bulan puasa paling selo sepanjang 5 tahun belakangan ini. Selain pada tahun 2012 bulan puasa berbarengan dengan liburan semester genap, pada tahun itu saya juga sudah resmi menyandang gelar mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak punya beban kuliah. Seperti biasa ketika libur semester genap, Jogja serasa sepi karena ditinggal mahasiswanya pulang ke daerah masing-masing. Biasanya yang paling menderita adalah mahasiswa yang berdomisili di Yogyakarta, tak punya teman dan akhirnya hanya menghabiskan liburannya di rumah.

Sebenarnya liburan semster genap tahun lalu tidak terlalu selo juga karena saya dan Matahari disibukkan dengan persiapan berangkat ke Korea. Mulai dari membeli tiket, memasukkan proposal kesana kemari, dan mengurus visa. Selesai semua urusan dokumen dan tiket beres, saya melakukan riset hal-hal dasar apa saja yang dibutuhkan untuk bertahan hidup disana selama seminggu. Seperti yang kita ketahui Korea memiliki bahasa dan huruf sendiri, hurufnya disebut hangeul. Meski disana hampir setiap papan petunjuk ditempat umum juga dilengkapi dengan huruf romawi, saya tetap penasaran untuk mengetahui bagaimana cara membacanya.

Waktu itu ketika sedang membuka pinterest saya menemukan beberapa tutorial singkat membaca hangeul. Ternyata dari beberapa pin dan artikel yang saya baca, ketika ingin belajar bahasa korea sebenarnya akan lebih mudah jika bisa membaca dan menulis hangeul dulu. Hal ini disebabkan romanization yang telah ada, kebanyakan ditulis berdasarkan pelafalan dalam bahasa inggris sehingga akan sedikit membingungkan bagi beberapa pengguna bahasa lain misalnya saja bahasa Indonesia.

Klik untuk memperbesar
Kalau menurut saya, pelafalan hangeul sebenarnya mirip dengan pelafalan dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Korea huruf "O" dan "E" memliki berbagai pelafalan seperti yang ditemui dalam bahasa Jawa. Sekilas juga mirip dengan huruf-huruf yang ada di google glass nya Bejita ata orang saiya lainnya di Dragon Ball. Dan berikut adalah tabel periodik huruf Hangeul.


Cara penulisan atau baca Hangeul sama seperti huruf romawi, dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Setiap satu suku kata diwakili satu huruf yang tersusun dari 2-4 macam karakter. Jumlah karakter dasar dalam Hangeul ada 24 karakter, lebih sedikit dari jumlah huruf romawi dan lebih sederhana dibanding huruf kanji.

Pada akhirnya ketika sampai di Korea saya juga belum bisa membaca Hangeul. Justru mulai bisa setelah kembali lagi ke tanah air. Namun meski bisa sedikit-sedikit membacanya, saya masih belum bisa bahasa Korea karena memang belum belajar kosa katanya hahahaha.. Anyway, meski belum merasakan manfaatnya secara langsung, suatu saat pasti akan ada manfaatnya juga.

Minggu, 26 Mei 2013

TVC Pertama

Hari ini saya sangat selo sekali. Hampir 50% kegiatan saya cuma tidur dan sisanya online memantau timeline twitter yang sangat deras terupdate preview SNSD yang sedang ke Taiwan. Sepertinya saya mulai menyadari kenapa kuota internet handphone saya bulan ini begitu boros, karena bulan ini SNSD banyak aktifitasnya otomatis konsumsi internet di handphone meningkat juga hehehe.

Terlepas dari permasalahan itu, hari ini saya iseng membuka-buka laptop saya yang sudah tua. Laptop yang saya beli di semester 2 ini telah banyak merekam jejak saya. Seingat saya, laptop ini baru diinstal ulang sistem operasinya sebanyak 2 kali sehingga data-data lama banyak berdiam disitu. Iseng lah saya membuka folder My Videos, yang di dalamnya terdapat banyak sekali video-video hasil percobaan dan kegagalan saya waktu pertama kali membuat TVC untuk tugas PNI di semester 4.

Kata orang kegagalan atau kesalahan adalah tanda bahwa kita pernah mencoba atau berusaha. Kalau kita tidak pernah mencoba, gagal pun tidak apalagi berhasil, masuk akal. Jadi waktu itu ceritanya saya bersama teman-teman Kendil mendapat tugas membuat TVC untuk project terakhir kelas PNI dengan klien Mizone. Sebenarnya awalnya kita tidak diwajibkan untuk mengeksekusinya dalam bentuk TVC jadi, tapi karena ada satu kelompok yang sudah bisa mengeksekusinya dan jadi, maka semua kelompok secara tiba-tiba membuat TVC. Permasalahannya adalah waktu itu saya belum tau apa-apa tentang video, dan inilah hasilnya.



Apakah itu TVC yang berhasil? Tidak! buktinya waktu itu TVC ini mendapat banyak hujatan di kelas, entah idenya kurang tersampaikan, terlalu sepi, dan kualitas videonya kurang baik (pecah resolusinya) terutama untuk bagian terakhir atau bagian bumper out. Kemudian TVC tersebut mengalami beberapa revisi meski dengan ide yang sama, maklum waktu sudah mepet.



Pada akhirnya TVC tersebut juga direvisi lagi namun hanya bagian bumper out nya saja. Videonya belum sempat terupload, jadi akan disusulkan.

Seperti yang dikatakan orang tadi kegagalan atau kesalahan adalah tanda bahwa kita pernah mencoba atau berusaha. Dan karena kegagalan kita pasti akan mendapat masukan untuk menjadi bahan pembelajaran berikutnya agar lebih baik. Meski secara default saya sangat tidak suka mendengar kritikan, tapi saya akui kritikan selalu membuat saya lebih baik. Mungkin karena saya tidak suka mendengar kritikan maka pada kesempatan lain saya akan berusaha agar tidak mendengar kritikan lagi dengan menjadi lebih baik.

Sabtu, 25 Mei 2013

Memilih

Hidup atau mati?

Laki-laki atau wanita?

Anak nakal atau anak baik?

Pintar atau bodoh?

Nintendo atau Sega?

Mengiiyakan atau menolak?

Kembali atau meninggalkan?

Naik atau tidak?

Jogja atau Bantul?

IPA atau IPS?

Bilang atau pendam?

Berhenti atau bertahan?

Komstra atau Media?

Sekarang atau nanti?

Lanjutkan atau lupakan?

Art atau Copy?

Hidup itu selalu dihadapkan dengan pilihan...

Jumat, 24 Mei 2013

Bagaimana Jika

Bagaimana jika tiba-tiba ada seseorang yang memberimu uang tunai 1 triliun dan harus dihabiskan dalam waktu 1 jam?

Bagaimana jika suatu hari benar-benar ada hujan uang?

Bagaimana jika suatu hari tiba-tiba pujaan hatimu tanpa disangka mengatakan suka padamu?

Bagaimana jika kau diberi kesempatan untuk mengunjungi 10 negara di dunia tanpa mengeluarkan uang sepeserpun?

Bagaimana jika kau tiba-tiba diberikan koneksi internet 1 GBps di kamarmu?

Bagaimana jika tiba-tiba kau mendapat traktiran dari temanmu dan kau boleh memilih dimanapun tempatnya?

Bagaimana jika suatu hari kau bisa memilih pergi ke masa depan atau ke masa lalu untuk seumur hidup?

Bagaimana jika kau tiba-tiba menjadi orang terkaya di dunia dalam sehari?

Bagaimana jika kau diberi kesempatan untuk pergi ke berbagai tempat di seluruh alam semesta untuk 1 jam?

Bagaimana jika diberi kesempatan untuk terlahir kembali?

Bagaimana jika seluruh makanan di dunia ini enak?

Bagaimana jika kau bisa terbang?

Bagaimana jika kau bisa bernafas dalam air?

Bagaimana jika kau bisa menghilang?

Bagaimana jika kau bisa berpindah tempat dalam sekejap?

Bagaimana jika kau diberi kesempatan menjadi raja seluruh negara?

Bagaimana jika memang semuanya menjadi semudah membalik telapak tangan?

Bagaimana jika semua yang kau inginkan dikabulkan......

Orang-orang mungkin telah bersiap untuk kemungkinan terburuk dalam hidupnya. Tapi pernahkah mereka memikirkan kemungkinan terbaik yang bisa jadi menjadi kenyataan? Bagaimana jika ternyata apa yang kita doakan, kita inginkan, kita minta benar-benar diberikan? Bagaimana jika begitu?

Kamis, 23 Mei 2013

How to Learn Anything

Siang tadi ketika sampai di kampus, seperti biasa dengan reflek saya langsung melihat handphone. Notifikasi, twitter, path, instagram, SMS, email, apapun. Ada satu link youtube yang dishare Sinsko melalui twitter yang menarik perhatian saya. Karena koneksi internet yang agak payah, saya menambahkannya dalam watch later playlist. Dan sore ini ketika teringat dan menemukan kembali koneksi internet yang memadai, saya buka kembali video itu.



The First 20 Hours - How to Learn Anything, sebuah video presentasi TEDx yang dibawakan oleh Josh Kaufman. Seperti judulnya, video ini berisi tentang trik bagaimana mempelajari apapun. Mungkin lebih tepatnya mempelajari hal baru dengan waktu yang relatif lebih cepat.

Dalam presentasinya Josh mengemukakan bahwa rata-rata orang membutuhkan waktu sekitar 10.000 jam untuk bisa menguasai 1 hal. Sepuluh ribu jam jika dikonversi dalam angka tahun, kurang lebih sama dengan 1,14 tahun nonstop. Kurang lebih sama dengan kuliah 1 jam sehari selama 3 tahun, barulah kita bisa menjadi ahli dalam satu hal.

"Ahli dalam satu hal" berbeda dengan "bisa dalam satu hal". Ahli berarti menguasai dari A-Z tentang suatu hal, sedangkan "bisa" berarti mengetahui sebagian dari A-Z. Padahal tidak semua orang butuh untuk menjadi ahli. Dan sebenarnya hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 jam untuk bisa satu hal.

Ada 4 langkah mudah untuk mempercepat proses mempelajari skill baru yang dikemukakan Josh Kaufman. Langkah pertama adalah Deconstruct the skill. Maksudnya adalah memecah-mecah apa yang akan kita pelajari menjadi bagian-bagian kecil, dan memilih bagian mana yang benar-benar kita butuhkan untuk menjadi bisa. Misal, kita ingin bisa menggunakan Photoshop. Ada banyak hal yang bisa kita lalukukan menggunakan Photoshop, retouch foto, membuat poster, manipulasi gambar, Digital Imaging dan sebagainya. Sebagai orang awam dan tidak bekerja di production house, kita tentu tidak membutuhkan kemampuan manipulasi gambar dan digital imaging untuk bisa memotong foto kita menjadi persegi.

Langkah kedua adalah Learn enough to self-correct. Tidak perlu menunggu sampai kita selesai mempelajari satu hal untuk berlatih. Berlatihlah sesegera mungkin dengan hal-hal kecil, sehingga jika salah bisa segera melakukan koreksi. Ketika kita belajar bermain basket tidak perlu menunggu sampai kita selesai mempelajari semua teknik bermain basket baru kita mulai berlatih. Selesai belajar bagaimana mendribble bola segera praktekkan.

Langkah ketiga adalah Remove practice barrier. Ketika kita sedang mempelajari sesuatu usahakan meminimalisasi distraksi-distraksi yang dapat mengganggu fokus kita dalam mempelajari satu hal. Semakin bersih dari distraksi, semakin mudah ilmu yang masuk dan semakin cepat kita menjadi bisa.

Kemudian langkah keempat adalah Practice at least 20 hours. Luangkan waktu setidaknya 20 jam untuk benar-benar melatih apa yang telah kita pelajari. 20 jam itu sama juga dengan 1 jam sehari selama 20 hari. Tidak perlu banyak-banyak asal benar-benar fokus berlatih.

Menariknya, menurut Josh Kaufman halangan utama ketika mempelajari hal baru bukanlah faktor intelektual yang kita miliki, tapi faktor emosional. Kebanyakan dari kita sudah merasa takut tidak bisa dan merasa bodoh sebelum mulai belajar. Padahal ketika kita sudah merasa bodoh dan tidak bisa, kita kemudian menjadi enggan untuk memulai apalagi terus berlatih.

Rabu, 22 Mei 2013

Namanya Arie

Kalau sedang males nulis banyak, mendeskripsikan foto adalah jurus andalan. Apalagi menceritakan kembali foto-foto masa lalu atau masa kecil kita. Karena obrolan kecil tadi siang di kantin, saya jadi ingat beberapa foto masa kecil yang pernah saya scan dan masih tersimpan di hardisk PC. Saya sendiri tidak punya banyak foto waktu masih kecil. Zaman dahulu berfoto tidak semudah zaman sekarang yang bisa dilakukan setiap saat karena hampir semua orang membawa kamera, dulu berfoto hanya dilakukan saat momen-momen tertentu saja karena keterbatasan media penyimpanan dan mahalnya biaya cetak.
Melihat foto-foto waktu masih kecil seringkali mengundang tawa melihat pose-pose aneh atau ketika mengingat momen saat foto itu dibuat. Banyak perubahan yang bisa kita saksikan, mulai dari wajah, orang-orang disekitar kita, rumah yang kita tinggali, mainan dan sebagainya. Berikut beberapa foto yang saya temukan di hardisk PC saya...

Ups...ini adalah satu-satunya foto telanjang yang saya miliki. Entah motivasi apa yang terlintas dibenak fotografer ketika momotret saya dalam kondisi seperti ini. Mungkin foto ini diambil karena terinspirasi dengan model-model sabun bayi waktu itu. Melihat dari wajahnya sepertinya foto ini diambil di tahun 1990.


Masih di tahun yang sama, ini adalah foto ketika saya belum meniup lilin ulang tahun. Sepertinya foto ini diambil setelah foto bugil dipinggir sumur.

Menurut time stamp yang ada di fisik foto ini, foto ini diambil pada Mei 1991. Saya sendiri heran, hanya dalam setahun lima bulan sudah berubah begitu drastis. Pada umur ini kalau tidak salah saya sudah mulai suka main mobil-mobilan.



Ini foto saya ketika berumur 2 tahun. Foto di atas adalah versi saya yang belum mandi dan foto di bawah adalah mode jalan-jalan. Pada saat itu saya sering sekali diajak jalan-jalan kemana-mana. Tempat terfavorit versi saya waktu itu adalah Kebun Binatang Gembiraloka. Waktu itu bonbin masih punya jerapah, dan itu adalah hewan favorit saya.




Ketika umur 4 tahun saya punya seorang adik yang berusia 1 tahun. Karena dia sangat bandel ketika disuruh foto, akhirnya yang muncul cuma separuh kepalanya saja. Enam bulan kemudian saya masuk TK, dan saat itu berakhirlah Arie yang petakilan dan hiperaktif.


Masih di usia 4 tahun, foto ini diambil ketika bulik saya menikah. Entah apa motivasi saya waktu itu, saya ngotot sekali minta didandani. Meski pada akhirnya saya tidak betah sendiri menggunakan pakaian itu.


Melompat ke tahun 2003, inilah wajah saya ketika duduk di bangku SMP kelas 1.


Saat saya SMA



Dan saat awal-awal masuk Komunikasi UGM. Banyak foto-foto yang jauh terlompati karena tidak ditemukan dimana keberadaanya dan tidak sempat di scan. Dan banyak hal yang sudah berubah memang, ya begitulah...

Selasa, 21 Mei 2013

Tak Ada Lagi Matahari di Kampus Fisipol UGM


Entah apa yang kami pikirkan siang itu di Bundaran HI Jakarta. Beberapa foto dengan pose seperti orang hilang akal pun tercipta di tengah keramaian Ibukota Indonesia. Dapat hadiah pun tidak tapi entah kenapa puas rasanya melakukan beberapa kebodohan tersebut. Kalau mengira kami melakukan aksi tersebut dengan lancar, kalian salah besar. Setelah beberapa frame gambar pose bodoh tersebut, kami dimarahi satpam daerah itu karena telah mengganggu keindahan.

Itu tadi adalah sebagian kecil cerita dari liburan nekat saya dan teman-teman di Ibukota. Waktu itu Juni 2010, setelah hampir enam bulan bergelut dengan mata kuliah PNI dan segala matakuliah lain, kami iseng memutuskan untuk liburan. Waktu itu kami menginap di rumah saudaranya Matahari, seorang teman saya yang "unik". Dan dari liburan itulah saya semakin percaya bahwa dia memang salah satu teman saya yang mungkin punya keturunan alien.

Nama lengkapnya adalah Matahari Asysyakuur, biasa dipanggil Matahari, mamat, atau Dimas. Untuk yang terakhir jangan tanyakan pada saya kenapa bisa begitu, karena saya juga tidak tahu pastinya. Pertama kali saya mengenalnya di tahun 2008, ketika saya menginjakkan kaki saya di Fisipol UGM sebagai mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi.

First impression yang saya dapat ketika pertama kali berkenalan dengan Matahari adalah seorang yang literally sangar, orangnya mungkin suka berkelahi dan tawuran, pendiam, apalagi setelah tahu kalau dia anak skate. Karena first impression itu saya kemudian agak segan dengan Matahari pada beberapa bulan awal kuliah.

Tapi jika sekarang saya ingat pemikiran itu, saya jadi merasa bodoh dan menyesal pernah punya first impression itu. Hampir satu semester mindset itu masih tertanam kuat di otak saya, karena waktu itu saya jarang sekali terlibat pembicaraan panjang dengan Matahari, sampai suatu ketika saya membaca blog nya yang berjudul Fantasi Matahari dalam postingan berjudul Manusia Pasir dan mendapat chat FB berisi link sukatoro dan semacamnya. Sejak saat itu mindset awal yang sempat terbangun, mendadak luluh lantak bagai rumah habis diterjang badai *face palm*

Sejak era komstra dimulai, saya semakin tahu seperti apa Matahari orangnya, dan ya memang sangat berbeda dengan apa yang terlihat. Jika kalian pernah membuka WTF Japan Seriously, ya seperti itulah gambaran tentang Matahari, berbeda. Ketika ada keanehan di timeline social media, tidak lain dan tidak bukan biasanya bermula dari Matahari. Ketika ada kejahilan yang kelewat hina, juga pasti hasil pemikiran Matahari. Dan ketika ada kejadian yang "epic" patut dicurigai ada hubungannya dengan kehadiran Matahari.



Terlepas dari segala keanehan Matahari, harus diakui Matahari adalah inspirasi bagi teman-temannya. Angga pernah berkata begini pada saya "Ketoke awakdewe nek memulai sesuatu mesti gara-gara Matahari disikan (kayaknya kita selalu memulai hal-hal baru karena Matahari memulai duluan)". Meski saya kadang agak jengkel dengan sikap Matahari yang keras kepala dan emosional ketika lapar, harus diakui bagi saya, Angga dan Cahya banyak hal-hal baru yang kami mulai karena terinspirasi dari Matahari. Mulai dari keisengan-keisengan dan kejahilan-kejahilan semua berasal dari Matahari. Ketika Matahari pertama kali ikut  kompetisi iklan dan menang, kami semua kemudian termotivasi untuk ikut berbagai macam kompetisi. Dan yang terakhir ketika Matahari berhasil mengerjakan skripsi dan lulus kami semua kemudian termotivasi untuk segera memulai skripsi. Matahari memang berperan sebagai matahari bagi teman-temannya.



Hari ini Matahari wisuda dan mendapat gelar sarjana. Lagi-lagi kami harus menyaksikan Matahari memulai sesuatu duluan. Bayangkan, temanmu bermain, kerja kelompok dan tersesat di negeri orang tiba-tiba sudah menjadi sarjana dan siap mengejar mimpi selanjutnya. Wisuda periode ini angkatan 2008 tak banyak yang diwisuda jika diandingkan bulan November atau Februari yang lalu. Ketika menghadiri pendadaran atau wisuda teman-teman seangkatan sebelumnya, tak sedikitpun rasa iri atau tergerak untuk segera ikut menyusul. Tapi ketika mendengar kabar Matahari lulus pendadaran dan wisuda, rasanya seperti ditampar agar segera bangun dari mimpi. Ya, mungkin memang lagi-lagi kita harus mengikuti jejak Matahari. Selamat sarjana Mat, selamat menggapai semua mimpi dan cita-cita. Sampai jumpa di awarding night Spikes Asia, Adfest, New York Festival, Clio, Adstars, dan Cannes Lions nanti...



Kita harus cepat sebelum jatuh ke tangan yang salah - Matahari Asysyakuur

Senin, 20 Mei 2013

Sistem Tarif Keberuntungan

Sampai detik ini saya masih belum menemukan ISP (Internet Service Provider) yang menawarkan paket internet yang "pas" atau setidaknya worth it. Paket internet ideal menurut saya sebenarnya cukup simple, asal youtube lancar tanpa buffering dan tak terbatas kuota apapun sampe masa aktif habis. Padahal paket-paket internet yang ada di Indonesia kalaupun ada yang unlimited, pasti ada FUP nya yang berakibat turunnya kecepatan ketika sudah melewati batas FUP. Sistem kuota biasanya kecepatanya stabil, tapi dibatasi volume data yang bisa diakses, hmmm serba salah memang...

Tulisan ini sebenarnya tidak akan membahas apapun tentang internet, paket internet atau dunia IT. Saya hanya ingin meminjam analogi dunia paket internet untuk membahas cerita saya kali ini. Saya akan bercerita tentang teori keberuntungan yang cukup saya percayai. Saya tidak mengutip darimanapun tentang teori ini, mungkin bisa dianggap saya menemukan teori ini dikepala saya sendiri yang berdasarkan pengalaman saya.

Ah.. sepertinya tulisan ini benar-benar tidak penting, tapi ya sudahlah. Jadi saya berpendapat bahwa keberuntungan itu seperti paket internet. Ada yang sistem volume base dan ada juga yang sistem unlimited dengan FUP. Sistem volume base yaitu ketika keberuntungan seseorang itu sebenarnya sudah dijatah untuk satu periode tertentu, keberuntungan yang dia dapat memang tidak menentu datangnya tapi ketika datang biasanya cukup terasa. Misal seseorang yang mendapat sebuah hadiah, bertemu artis, atau tiba-tiba dicium gebetannya hahaha.. Namun karena adanya pembatasan kuota, ketika keberuntungan yang didapatnya terlalu besar untuk sejenak keberuntungannya akan berhenti mengalir dan digantikan dengan nasib biasa saja atau kesialan. Ketika habis sebelum masanya maka kesialan berturut-turut akan terus hadir. Biasanya "paket" ini akan aktif lagi jika kita berbuat kebaikan meski hanya kecil. Tipe ini biasanya dimiliki kebanyakan orang.

Sedangkan sistem unlimited ya seperti namanya, keberuntungannya tak terputus. Tapi ada masanya ketika FUP nya telah mencapai batas maka keberuntunganya akan mengalir kecil. Dia tidak merasakan keberutungan yang berarti tapi setidaknya dia tidak merasakan kesialan. Orang-orang seperti ini memang tidak banyak, dan mereka lah yang sering disebut wong bejo.

Saya sendiri meyakini bahwa paket keberuntungan saya adalah sistem kuota. Ketika saya mendapat keberuntungan yang luar biasa, biasanya setelah itu ada kesialan-kesialan yang berdatangan. Masih untung kalau lama dan kecil-kecil itu tidak terasa. Tapi kadang ada pulang yang sedang-sedang dan begitu terasa. Seperti halnya kemarin malam, tiba-tiba saya mendapat undangan makan malam disuatu restoran pizza (ini keberuntungan lumayan besar), saat pulang saya mampir ke sebuah warnet untuk mengunduh beberapa video serial TV tapi ternyata tidak ada update semuanya (ini kesialan kecil sekali), selanjutnya di perjalanan pulang motor saya agak bermasalah mendekati macet tapi berhasil diatasi (ini kesialan sedang) dan puncaknya tadi sore motor saya benar-benar berhenti tak bergeming ditengah perempatan Gondomanan! Baiklah semoga itu puncak kesialan saya dan besok keberuntungan mulai mengalir lagi. Amin.

Minggu, 19 Mei 2013

Terjun dan Berseluncur

Secara default saya tidak suka olah raga. Berkeringat, kepanasan, dan kehabisan nafas adalah sebuah kombinasi paling tidak oke menurut saya, padahal ketiga hal tersebut sangat dekat dengan olah raga. Ketika sekolah sejak bangku sekolah dasar saya sudah tidak suka olahraga. Selain matematika, pelajaran olahraga adalah pelajaran yang rasanya seperti sedang menjalani hukuman, satu jam serasa satu hari.

Meski demikian ada beberapa olahraga di sekolah yang saya cukup enjoy menjalaninya, senam lantai dan berenang. Senam lantai tidak perlu mengeluarkan banyak energi dan banyak gerak, saya sangat percaya diri ketika gerakan roll depan/belakang, dan meroda. Bahkan dulu salto pun saya bisa, entah sekarang. Sedangkan berenang karena tidak terasa capek dan berkeringat ketika menjalaninya, meski saya hanya bisa 2 gaya, berenang adalah olahraga yang menyenangkan.

Saya memang tidak suka olahraga tapi bukan berarti saya tidak suka aktifitas luar ruangan. Saya suka jalan-jalan, saya suka tracking atau naik gunung, saya juga suka naik sepeda. Yang tidak saya suka hanyalah konsep mencari keringat dengan melakukan suatu aktifitas. Saya suka jalan-jalan karena saya suka mengunjungi tempat-tempat baru, saya suka tracking atau naik gunung karena saya suka melihat pemandangan yang indah, begitupun dengan bersepeda.

Dan meski saya tidak suka olahraga, bukan berarti saya tidak tertarik mencoba suatu olahraga. Belakangan ini saya tertarik untuk mencoba suatu olahraga ekstrem bernama Skydiving. Skydiving atau terjun payung adalah olahraga udara yang kegiatanya menjatuhkan diri ke bumi dari suatu ketinggian tertentu (biasanya menggunakan pesawat) dan memperlambat jatuhnya tubuh menggunakan parasut. Saya tertarik dengan olahraga ini ketika melihat aksi fenomenal Felix Baumgartner yang melakukan Skydivie dari lapisan stratosfer dalam campaign Red Bull beberapa waktu yang lalu. Selanjutnya saya selalu menjumpai olahraga ini di beberapa acara TV.
Felix Baumgartner bersiap meloncat

Meloncat dari ketinggian sekian ribu meter dari permukaan bumi sepertinya merupakan kenikmatan yang luar biasa. Momen-momen dimana kita merasakan melayang di udara. merasakan tarikan gravitasi, merasakan hembusan kencang udara, dan berteriak sekencang-kencangnya, huah sepertinya sebuah hal yang susah didefinisikan bahagianya.

Skydiving
Sayangnya di Jogja sendiri belum ada fasilitas untuk olahraga ini. Di Indonesia pun masih sangat jarang. Kalaupun ada biayanya juga lumayan mahal. Tapi meski demikian Skydiving adalah salah satu wishlist saya sebelum berusia 30 tahun, semoga saja segera terwujud.
Ski

Selain Skydiving ada satu olahraga lagi yang ingin saya coba, Ski. Dingin, meluncur dan cepat sungguh perpaduan yang sempurna :)

Sabtu, 18 Mei 2013

Bertahan Hidup Menjadi Alien: Makan

Hari ini saya akan bercerita lagi tentang pengalaman saya menjadi alien di korea Agustus tahun lalu. Ketika saya posting tentang Korea, bisa dipastikan saya sedang malas atau memang sedang ingin bercerita. Karena sebenarnya postingan tentang Korea sudah saya buat sejak September 2012 dan tersimpan dalam draft dalam bentuk postingan puaaaanjang sekali. Jadi untuk alasan setoran 31 Hari Menulis dan agar tidak lelah membacanya, saya potong-potong menjadi beberapa bagian.
Untuk postingan kali ini saya bercerita tentang pengalaman saya bertahan hidup dengan dana yang mepet. Di luar tiket, saya memberanikan diri berangkat ke Korea dengan membawa uang 200.000 Won + 100 US Dollar + 255.000 Rupiah. Sekedar informasi, waktu itu kurs Rupiah-Won adalah Rp 9 = 1 Won, dan nominal terkecil mata uang Won adalah 50 Won. Dari uang sebanyak itu, 36.000 Won sudah pasti terpotong untuk biaya hostel 2 malam, seperti apa hostelnya? akan saya ceritakan dilain postingan hehehe. Itu berarti 164.000 Won harus bisa digunakan untuk berbagai macam hal selama 7 hari di Korea.
Meski kita alien, makan tetaplah menjadi kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Yang menjadi masalah adalah ditanah orang, makanannya pun berbeda. Apalagi kita sebagai alien muslim ada beberapa pantangan dalam makan. Mungkin bagi beberapa orang cara bertahan hidup saya ini kurang mantab karena definisi dan standar "makan" yang berbeda. Saya sendiri mendefinisikan makan sebagai kegiatan mengunyah dan atau menelan makanan berupa benda padat atau cair agar tidak lapar dan bisa beraktifitas. Jadi selama makanan itu bisa membuat rasa lapar hilang itu sudah saya anggap makan, tidak peduli nasi atau makanan berkarbohidrat lainnya.
Di Korea sendiri sebenarnya tidak sulit mencari orang yang menjual makanan, sejauh mata memandang (selama di kota) pasti minimal ada satu orang/toko yang menjual makanan. Harganya pun bervariasi tergantung tempat dan kualitas makanannya, mulai dari 500 Won hingga yang di atas 10.000 Won. Namun karena kita adalah alian yang sudah dikenai beberapa pantangan, maka beberapa makanan tidak bisa kita makan.
Beberapa jam setelah tiba di hostel saya hanya makan pop mie yang saya bawa dari rumah, jadi itu tidak termasuk pengeluaran saya di Korea. Untuk makan malamnya kami mencoba nasi goreng seafood yang dijual dipinggir jalan dekat hostel kami.
Penjual Nasi Goreng
Karena penjualnya tidak bisa bahasa inggris, kemudian dia memanggil temannya yang sedikit bisa bahasa inggris. Lalu kami diberi menu yang ada huruf romawi nya. Di menu itu tertulis nama makanannya dan dilengkapi dengan harga 1 porsi. Hargannya bervariasi mulai dari 3000 Won hingga 6000 Won.

Menu Tong Bab
Setelah berkonsultasi mengenai menunya, saya memutuskan untuk membeli Phat Thai Cup Rice seharga 3500 Won. Awalnya saya sempat ragu akan porsinya ketika melihat gambar, di gambar porsinya kelihatan kecil sekali begitu juga ketika nasi selesai dikemas. Mahal begitu pikir saya melihat ukuran cupnya.


Oke desain cup nya cukup kreatif tapi esensi dari makanan bagi saya bukan disitu, tapi baiklah kita coba. Begitu saya buka dan saya makan sesendok dua sendok dan seterusnya, harus diakui rasanya sangat enak dan sepertinya saya harus menarik ucapan saya yang meragukan porsinya. Meski bentuknya kecil tapi isinya begitu padat.
Dari Pengamatan saya di hari pertama, makanan di korea sebenarnya tidak mahal. Secara nominal mungkin 3000-5000 terlihat mahal,  tapi jika dilihat dari porsi dan rasanya sepertinya itu hitungannya murah bagi saya saya yang porsi makannya tidak terlalu banyak dan biasa jajan di Jogja. Makanan disana akan murah ketika itu sayuran atau makanan yang menggunakan babi, tapi ketika itu seafood dan daging sapi harganya akan lebih mahal secara signifikan.
Selain makan besar, saya juga pernah beli snack dalam kemasan ketika perjalanan menuju Busan. Waktu itu Bus kami sedang beristirahat disuatu rest area di jalan toll. Waktu istrirahat 15 menit kami manfaatklan untuk ke kamar kecil dan jalan-jalan sebentar.


Agustus 2012 disana sedang hit nya PSY dengan Gangnam Style nya. Hampir disemua tempat memutar video klipnya termasuk di sebuah lapak CD dan kaset pita magnetik di rest area tersebut. Terlihat digambar lapak tersebut sedang memutar video klip Gangnam Style dan di atasnya ada poster SNSD *tetep*. 

Banana Corn
Dan inilah snack yang saya beli, harganya aga lupa berapa tepatnya kira-kira sekitar 1500-2000 Won. Saya memilihnya karena agak berbeda dengan yang lain, dan cukup berat secara fisik. Benar saja ketika dibuka isinya super banyak dan rasa pisangnya begitu terasa, itu berlaku juga bagi snack lain yang dibeli Angga. Sejak saat itu saya jadi berpikir, sepertinya snack di Indonesia itu mahal harganya, karena untuk harga yang sama di Indonesia hanya mendapat setengah isinya.
Di Adstars kami sudah difasilitasi makan untuk sarapan dan makan siang, sehingga lumayan menghemat pengeluaran selama 3 hari. Makanan untuk team Indonesia agak berbeda dengan yang lain karena berdasarkan request. tapi jika dilihat sepertinya makanan untuk Indonesia sedikit lebih mahal dari yang lain. Weekz..kimchi itu tidak enak (setidaknya jika tanpa daging).



Ketika makan malam biasanya kami membeli makanan instan di semacam mini market di lantai basement tempat kami menginap. Makanan yang kami beli antara lain Ramyeon atau semacam mie instan, nasi instan dan bubur instan. Meskipun tidak seistimewa makanan yang sebelum-sebelumnya secara rasa, setidaknya bisa menghilangkan lapar lah. Harganya bervariasi tapi seingat saya tidak sampai 3000 Won satu porsi, dan seperti biasa porsinya cukup banyak.


Makanan andalan saya ketika di Korea adalah Dunkin Donuts. Selain mudah ditemui, harganya terjangkau dan mengenyangkan. Di Indonesia setiap membeli Dunkin entah kenapa saya selalu merasa tidak puas baik dari rasa maupun harganya. Mungkin kareana Dunkin Donuts di Korea konsumen utamanya banyak yang anak-anak, menunya jadi lebih bervariasi dan murah. Awalnya saya membeli 3 biji makanan di dunkin, tapi karena selalu kekenyangan hari-hari selanjutnya saya cuma beli 2, itupun masih agak kekenyangan. Satu biji donut atau makanan sejenis harganya sekitar 1000-2000 Won tidak termasuk minum. Di hari terakhir saya di Korea malah melihat menu Banana Monkey (atau apa saya lupa) seharga 2000an Won yang isinya banyak, meski bentuknya tidak menarik. Sayang tidak ada foto yang representatif.

sisa-sisa dunkin
Untuk minum, paling mudah membelinya di Vending Machine, dimanapun tempatnya harga minuman tetap sama selama membeli di Vending Machine. Coca-cola kaleng standar, harganya sekitas 900 Won, Harga untuk minuman isotonik, jus buah atau minuman rasa buah biasanya lebih mahal sekitar 1000-1800an Won. Kalau sedang tidak ada vending machine biasanya saya membeli Powerade seharga 1500 Won di Sevel. Kalau di Indonesia harga minuman di vending machine justru lebih mahal daripada di mini market itupun jumlanya sangat sedikit dan saya baru melihat di Jakarta. Sementara di Korea kebalikannya, dan lebih mudah menjumpai vending machine dibanding mini marketnya.


Sebenarnya masih banyak makanan murah dan mengenyangkan di Korea, baik Busan atau Seoul. Seperti Kimbab, nasi yang digulung dengan rumput laut. Harganya sekitar 1000 Won, waktu itu yang tersisa hanya isi daging babi jadi saya tidak membelinya. Kalau kalian punya banyak waktu untuk jalan-jalan menelusuri sudut kota, masih banyak makanan khas Korea yang lebih enak dan mungkin lebih murah. Kalau boleh membandingkan, standar harga makanan di Korea mirip-mirip lah dengan makanan di Jakarta.