Jumat, 14 Juni 2013

Bye...bye...

Ada pertemuan pasti ada perpisahan, tapi tidak menutup kemungkinan untuk bertemu lagi. Sampai jumpa 31 Hari Menulis tahun 2013. Tahun depan saya pasti ikut lagi :)

Kamis, 13 Juni 2013

Rindu Berperang

Secara random hari ini saya merindukan bermain game di PC saya. Padahal di PC saya yang sekarang tidak ada sama sekali game yang terinstall. Entah apakah di windowns 8 ada game bawaan dari Microsoft atau tidak tapi setahu saya game yang ada adalah game online.

Saya tidak pernah memproklamirkan diri sebagai seorang Gamer, karena toh sudah 4 tahun lebih saya hampir tidak pernah bermain video game di PC. Meski motivasi saya dulu membeli PC sendiri adalah untuk bermain game. Dulu ketika masih kecil saya senang sekali bermain video game. Nintendo hingga Playstation pernah saya mainkan, meski tidak selalu milik saya sendiri console nya. Karena tidak punya, dulu saya sering nebeng main video game di rumah teman saya. Meski sebenarnya saya juga pernah dibelikan console sendiri tapi entah kenapa tidak pernah bertahan lama alias cepat rusak hahaha.

Ketika SMP saya menabung untuk membeli PC sendiri untuk bermain video game. Baiklah tidak 100% uang saya sendiri tapi setidaknya 60% saham adalah milik saya. Niat utamanya memang untuk main video game, meski pada orang tua saya bilangnya ingin belajar komputer, ya biar dibelikan hehehe. Dan benar saja PC baru saya sama sekali tidak ada games nya. Hanya software-software office, editing video, dan photoshop.



Hingga suatu hari saya dipinjami teman saya sebuah CD installer game. CD tersebut berisi 3 buah game, semuanya game RTS (Real Time Strategy) ada Rise of Nations, Age of Empires 1 dan 2. Karena dulu saya benar-benar tidak paham komputer, dari ketiga games itu hanya Rise of Nations yang berhasil saya install. Begitu saya coba mainkan, saya langsung jatuh cinta dengan game tersebut, baik dari grafisnya juga gameplay nya.

Rise of Nations sediri adalah Real Time Strategy Gameyang dikembangkan oleh Big Huge Games. Disini kita bermain mengatur strategi sebuah nations untuk memenangkan sebuah peperangan melawan bangsa lain. Dalam game ini kita diharuskan mengelola berbagai sumber daya alam, ekonomi, teknologi, diplomasi agar bangsa kita menjadi sebuah bangsa yang besar sehingga bisa mengalahkan bangsa lain. Bisa dibilang peran kita seperti seorang Presiden.

Mungkin bagi sebagian besar orang game seperti Rise of Nations ini tidak mengasyikan. Tapi saya justru menemukan keasyikan bermain video games yang hakiki *halah* pada game semacam Rise of Nations ini. Berbagai macam genre video game sudah pernah saya mainkan, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan bermain video game seperti bermain RTS. Selain genre RTS, game dengan genre simulation seperti Sim City juga tidak kalah mengasyikan. Sayangnya game-game jenis RTS dan Simulation sekarang sudah jarang dikembangkan lagi, kebanyakan game jaman sekarang lebih menonjolkan sisi grafisnya, seperti jenis FPS (First Person Shooter). Ya bagaimana lagi, pasar game yang seperti itu memang lebih menjanjikan.

Membahas tentang Rise of Nations membuat saya ingin memainkan game ini lagi jika selo. Kalau ada yang punya master nya bolehlah saya mengcopynya hehehehe...

Rabu, 12 Juni 2013

Menyempatkan Liburan

Ketika mengunjungi Korea Selatan tahun lalu, agenda utamannya adalah mengikuti rangkaian acara Adstrars di Busan. Rangkaian acara Adstars sendiri selama 5 hari penuh, yang terdiri dari workshop, kompetisi dan awarding night. Berdasarkan tiket yang kami miliki, kami hanya memiliki waktu 7 hari berada di Korea. Sungguh disayangkan sebenarnya, jauh-jauh kesana tapi tidak menyempatkan menjelajahi Korea Selatan. Apa boleh buat perjalanan kami tidak bisa diextend 2-3 hari karena tiket pulang tidak tersedia hingga September awal. Jika nekat extend sampai September, kita disana harus hidup dengan apa? hahahaha.

Meski demikian 2 hari yang tersisa tetap kami sempatkan untuk sedikit menjelajahi kota Seoul dan Busan. Semua tempat yang kami kunjungi adalah tempat-tempat yang gratis tanpa tiket masuk. Meski gratis, tempat-tempat tersebut cukup merepresentasikan liburan di Korea Selatan.

Gwanghwamun Square
Entah tempat ini bisa dijadikan tujuan wisata atau tidak, tapi setiap mencari gambar yang berhubungan dengan Seoul pasti tempat ini cukup banyak keluar. Gwanghwamun Square sebenarnya adalah ruang terbuka yang berada di depan Istana Gyeongbokgung. Di tempat ini terdapat patung Laksamana Yi Sun Shin dan Raja Sejong. Pemerintahan Raja Sejong sangat terkenal dengan perkembangan ilmu pengetahuannya, mulai dari astronomi hingga ditemukannya huruf Hangeul yang kini menjadi huruf resmi Korea.








Di belakang patung Raja Sejong terdapat pintu masuk ke sebuah museum Raja Sejong yang letaknya berada di bawah tanah. Di dalamnya terdapat berbagai macam alat peraga dan replika benda-benda bersejarah yang merupakan bukti kemajuan di era Raja Sejong ini. Museum nya cukup canggih dan interaktif. Untuk memasuki museum ini pengunjung tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis.




Pantai Gwangalli
Mungkin sebenarnya tempat yang saya datangi bukan tepat di pantai Gwangalli, tapi masih di dekat pantai itu. Pantai ini berada di Busan dan tidak terlalu jauh dari pantai Haeundae, di pantai ini terdapat Jembatan Gwangan yang merupakan salah satu landmark Busan. Saya mengunjungi pantai ini karena kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap di Busan, hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Di suatu malam yang selo, setelah selesai awarding saya sempatkan melihat-lihat. Dan yang terlihat hanyalah lautan gelap, baiklah waktunya memang tidak tepat.



Myeongdong
Myeongdong adalah salah satu area komersil dan bisnis di Korea Selatan. Myeongdong terkenal sebagai pusat fashion bagi anak muda di Seoul. Kami mengunjungi tempat ini tentu saja untuk berbelanja. Setelah menghitung-hitung harta yang kami miliki. Kami sepakat untuk menghabiskan sisa harta kami untuk membeli oleh-oleh dan tanda mata. Dari stasiun Hyehwa, Myeongdong dapat ditempuh hanya sekali naik kereta sekitar 2 stasiun.




Karena bingung dan tidak tahu harus mampir ke toko apa, kami  sepakat mengunjungi UNIQLO atas ide dari Matahari. Tanpa diduga kami sedikit kalap ketika mampir di UNIQLO karena ternyata waktu itu sedang ada diskon. Saya berhasil mendapatkan satu blazer dengan harga 19.000 Won saja, belakangan ketika saya mampir di UNIQLO Singapore blazer yang sama dijual 99 Dolar Singapore, betapa beruntungnya.



Di Myeongdong sebenarnya ada banyak sekali toko tapi hampir semua sisa harta saya sudah terkuras di UNIQLO hahaha. Setelah membeli titipan mbak Pulung saya mampir ke Everysing. Bagi penggemar K-Pop pasti tahu Everysing. Everysing adalah tempat penjualan souvenir khas SM Entertaiment dimana artis-artis seperti SNSD, Super Junior, Shinee, dan lain lain bernaung. Saya hampir menyangka toko ini tutup karena toko dibawah papan nama Everysing tutup, ternyata Everysing lokasinya ada di atas dan harus menaiki lift terlebih dahulu. Didalamnya terdapat berbagai macam benda khas artis-artis SM. Sayangnya tidak ada foto tentang barang-barang yang ada di Everysing karena begitu saya mengeluarkan kamera, penjagannya langsung memberi isyarat tidak boleh memotret.

Namsan Tower
Namsan Tower atau juga disebut N Seoul Tower adalah salah satu landmark terkenal di kota Seoul. Puncak menara ini merupakan puncak tertinggi di kota Seoul. Wolhaiyo...menara ini memang berada dipuncak gunung Namsan. Lokasinya tidak jauh dari pusat perbelanjaan Myeongdong, bisa ditempuh dengan jalan kaki meski sebenarnya tidak dianjurkan. Mengapa tidak dianjurkan? bagi yang tidak terbiasa berjalan kaki, berjalan kaki 1 Km saja sudah ngos-ngosan, apa lagi mendaki gunung Namsan.

Ceritanya waktu itu kami bertiga menyempatkan mengunjungi Namsan Tower setelah berbelanja di Myeongdong. Rencana ini pun sebenarnya tidak terpikirkan sebelumnya karena jauh kira jauh ketika melihat di peta. Tapi begitu sampai Myeongdong ternyata yang terlihat menara tersebut sangat dekat, bodohnya waktu itu saya tidak berpikir jelas saja di peta yang datar terlihat jauh, pada kenyataannya memang jauh hanya saja menanjak jadi tidak terlihat jauh. Dengan percaya diri kami berjalan kaki menuju Namsan Tower, niatnya sih menghemat.

Beberapa langkah pertama menuju puncak Namsan sudah terasa melelahkan karena jalanan yang menanjak. Saya sendiri heran kenapa orang Korea memaksakan membangun jalan dengan sudut yang begitu tanjam, jalan yang kami lalui saja mungkin hampir mendekati 45 derajat. Dengan penuh perjuangan akhirnya kami sampai di rest area sekitar separuh jalan menuju puncaknya. Kami melihat ada Cable Car atau kereta gantung untuk menuju puncak Namsan, bagai melihat oase di tengah gurun pasir kami bersemangat mendekati shelter kereta gantung itu. Tapi begitu sampai di shelter kami haru mengehela nafas karena ternyata anriannya puaaaaanjang.




Jam telah menunjukkan pukul 18.30 dan sebentar lagi matahari terbenam. Oh iya saYa juga baru tahu ternyata di Korea matahari terbenam lebih lama daripada di Indonesia ketika musim panas. Kami duduk-duduk di sekitar shelter kereta gantung berharap antrian berkurang dengan cepat. Harapan untuk sampai puncak Namsan sepertinya semakin kabur ketika hampir jam 19.00 antrian masih saja panjang. Tapi kami cukup senang karena didekat shelter ada tempat untuk melihat pemandangan kota Seoul. Itulah saat pertama dan terakhir kalinya kami melihat matahari terbenam di Korea Selatan.

Di tengah kegalauan kami, kami melihat ada bus dari arah puncak yang berhenti dan menurunkan penumpang. Ternyata di Namsan Tower terdapat bus tour yang mengantar dari kaki gunung hingga puncak Namsan. Tanpa pikir panjang kami memutuskan naik bus tersebut. Karena bus yang kami naiki adalah bus yang berangkat dari puncak, maka kami harus menuruni gunung dahulu, berkeliling kota dan akhirnya naik lagi. Halah andai saja semua direncanakan pasti tidak akan sebodoh ini jadinya hahaha. Bus yang kami naiki ternyata sepenuhnya menggunakan tenaga listrik, jadi ketika sampai di puncak bus tersebut diisi ulang battery nya, wow benar-benar ramah lingkungan ya.



Di puncak Namsan tentu saja ada Namsan Tower. Seperti yang saya tahu sebelumnya, di Namsan Tower ada Love Lock. Love Lock adalah semacam tradisi yang dipercaya bila sepasang kekasih datang dan memasang gembok bertuliskan nama mereka, maka hubungan mereka akan abadi. Di Namsan Tower juga ada museum Teddy Bear, tapi sayangnya waktu itu sudah tutup dan tentu saja tidak ada alokasi dana hahaha. Beruntungnya ketika kita sampai dipuncak Namsan Tower, sedang ada video mapping. Inilah pertama kalinya saya menyaksikan secara langsung pertunjukan video mapping.



Dan petualangan di Korea ditutup dengan mengunjungi Namsan Tower dan menyaksikan pertunjukkan video mapping, besok paginya kami harus pulang ke tanah air tercinta. Liburan yang sangat-sangat singkat ini membuat saya berkeinginan untuk mengunjungi lagi negara ini. Di lain kesempatan saya benar-benar ingin menghabiskan waktu liburan untuk menjelajahi Korea Selatan. Semoga saja tidak lama lagi terwujud :)



Selasa, 11 Juni 2013

Dua Ribu Delapan





Berkaca-kaca ketika melihat kedua video tersebut. Lebay tapi memang 99% benar adanya, tak terasa waktu begitu cepat berlalu dan banyak hal telah dilakukan. Video pertama adalah video yang merangkum kehidupan mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2008 dari awal dipertemukan hingga perhelatan terakhirnya. Kalau tidak salah ingat, ketika buka bersama tahun lalu sudah di preview tapi tetap saja tak kuasa menahan air mata, halah. Video kedua adalah dokumentasi Sountrackustik, event terakhir yang diselenggarakan angkatan 2008 sekitar bulan mei 2011. Ketika Sountrackustik berakhir detik itu juga hawa-hawa perpisahan sudah mulai terasa, karena sebentar lagi KKN dan mayoritas sudah tidak ada lagi yang mengambil mata kuliah kelas.

Benar saja, beberapa bulan kemudian setelah KKN berakhir, satu persatu teman-teman mulai menjalani kehidupannya masing-masing. Ada yang skripsi kemudian lulus cepat, ada yang cuti dan melakukan kegiatan lain diluar sana, ada yang melanjutkan passionnya, ada yang mengulang, ada juga yang bingung harus berbuat apa. Meski masih sering bertemu, tetap saja kebersamaannya terasa berbeda.

Dan sekarang sudah sekitar 50% dari 140 orang (kalau tidak salah hitung) angkatan 2008 telah bergelar S.I.P. Secara angka memang seharusnya masih banyak yang bisa dijumpai di kampus tapi pada kenyataanya  bisa dihitung dengan jari satu tangan. Ya, memang sudah saatnya kita move on dari kampus Fisipol.

Mengingat bagaimana kita semua bertemu, melakukan banyak hal, dan berjaya di masanya, 2008 adalah sesuatu yang pantas untuk dibanggakan. Tetaplah sangar dan semakin sangar teman-teman :')

Senin, 10 Juni 2013

Semakin Cepat dan Berat

8 bit wisdom


Seperti sebuah video game lama, hidup manusia semakin lama, semakin cepat, semakin berat. Setiap berhasil menyelesaikan suatu masalah, level kita bertambah dan akan mendapat masalah yang semakin berat, tidak akan pernah ada kata "menang", kalaupun kita berhasil memenangkan kehidupan berarti kita juga telah mengakhiri "permainan" kita di dunia ini.

Minggu, 09 Juni 2013

Beralaskan Masa Lalu yang Kelam

Seperti biasa akhir pekan saya habiskan untuk mengedit video. Saya biasa mengedit video di PC saya yang terletak di ruang kerja.  Sebuah PC yang dari luar tampak jadul karena memang saya tidak pernah mengganti mouse, keyboad dan chasing CPU sejak SMP. Tapi PC ini lumayan bertenaga untuk mengedit video kualitas HD dari DSLR dan bermain game 3D keluaran hingga tahun 2012an lah.

Ketika sedang asik-asiknya mengedit video, kursor mouse sering meleset membuat proses editing sedikit terganggu. Karena berulang kali terjadi saya jadi penasaran apa yang membuatnya jadi begitu. Setelah diselidiki ternyata masalah terdapat pada "mouse pad" saya. Mouse pad yang terbuat dari kertas tak terpakai ini telah berubah teksturnya. Seperti yang kita tahu kertas pasti mempunyai tekstur ketika diraba, tapi "mouse pad" saya yang terbuat dari kertas ini berubah menjadi licin selicin plastik, bahkan sampai mengkilap.

Bukan karena saya tidak mampu membeli sebuah mouse pad yang wajar mengapa saya pakai kertas sebagai mouse pad. saya pernah membeli mouse pad yang ada pada umumnya tapi tidak pernah menemukan yang nyaman. Kalau tidak terlalu licin, kadang terlalu kesat, menurut saya tekstur kertas paling pas untuk mouse saya.


Saya selidiki lagi kertas apa yang sebenarnya saya pakai selama ini. Lembar pertama ternyata adalah tugas KWN yang tidak terpakai dan lembar selanjutnya adalah pengumuman hasil uji coba UNAS ketika saya masih SMA, wow...

Di daftar hasil uji coba UNAS itu saya dinyatakan tidak lulus karena ada nilai saya yang di bawah standard kelulusan. Bahasa Inggris saya waktu itu mendapat nilai 4 tanpa koma berapa pun. Waktu itu sudah diduga sebenarnya kalau saya bakal dapat nilai segitu, pasalnya saat mengerjakan saya sedang dalam kondisi flu berat sampai tak bisa berpikir. Yasudahlah diikhlaskan, toh pada akhirnya sekarang saya adalah mahasiswa semester sepulu di UGM, duh.

Sabtu, 08 Juni 2013

Saudara?



Beberapa minggu yang lalu saya menemukan sebuah "advertising agency" di Jalan Tentara Pelajar. Anehnya belum kenal dia sudah mengaku-ngaku sebagai saudara. Padahal dia nulis aja typo dan menggunakan kata autis tidak pada tempatnya. Siapa yang mau jadi saudaranya?

Jumat, 07 Juni 2013

Menjadi Mata-mata

Hari ini saya lumayan blah-bloh. Ingin memulai mengedit sebuah video, materinya masih kurang alhasil males sekali mencicilnya. Mau lanjut mengerjakan skripsi, niat tak kunjung terkumpul. Oke baiklah intinya saya malas (lagi). Pada akhirnya saya cuma ikut nebeng adik saya menonton beberapa episode Running Man.

Karena sebenarnya saya sudah menonton semuanya, sesekali saya tinggal menyimak berbagai timeline social media melalui handphone. Ah tidak ada yang menarik, yang ada hanyalah rasa iri melihat salah satu timeline yang isinya menceritakan sampainya mereka di Seoul untuk menonton konser SNSD.



Memasuki timeline arie_o ada satu tweet dari Abim yang menarik perhatian saya. Abim menceritakan bahwa dia memergoki sepasang mahasiswa yang "bermesraan" di lantai 3 gedung baru fisipol. Wow, kejadian langka yang jarang terlihat (wolhaiyo). Tapi mengingat gedung baru yang sebelah barat memang belum dipakai, sepi dan tidak dikunci, wajar saja jika ada yang memanfaatkannya. Rasa ingin tahu saya yang tiba-tiba meledak membuat saya punya pikiran untuk meletakkan kamera tersembunyi dibeberapa tempat, siapa tahu menangkap kejadian "langka".



Mendapat ide itu mengingatkan saya pada keinginan lama saya memiliki sebuah kamera sangat kecil. Kamera tersebut sangat kecil sehingga bisa disembunyikan sambil dia melakukan perekaman gambar. Dulu saya berniat memiliki kamera ini karena ingin merekam semua perjalanan saya. Baik saat naik motor, jalan kaki atau dimanapun yang memungkinkan. Karena kadang kita melewatkan sesuatu saat kita dalam perjalanan, entah kenapa saya kadang merasa memasuki mode auto pilot ketika sedang dalam perjalanan. Tahu-tahu sudah sampai di suatu tempat dan tidak ingat saya telah melewati suatu jalan. Tujuan lainnya adalah ketika membuat project selo yang membutuhkan kamera tersembunyi atau kamera yang kecil dan mudah dibawa-bawa.

Harganya tidak terlalu mahal untuk menebus beberapa kemampuan yang dia miliki. Tidak lebih dari 200 ribu rupiah di salah satu onlineshop. Mampu merekam sekitar 90 menit dengan resolusi HD, tapi bukan kualitas HD tentu saja. Selain bisa merekam video juga bisa mengambil foto, sangat mendukung aktifitas spy, seperti namanya spy camera.

Hmmmm..seharusnya saya tidak membuat posting tentang kamera ini...

Kamis, 06 Juni 2013

Karena Merem Jadi Tidak Tahu


Buka mata jika ingin tahu.

hingga lima menit sebelum deadline saya masih belum menemukan ide mau posting apa, jadi maafkan saya.

Rabu, 05 Juni 2013

Ukuran Kebahagiaan

Sebenarnya apa tujuan manusia hidup di dunia ini? Jika mendapat pertanyaan seperti itu jawabannya pasti beragam. Ada yang menjawab karena sudah takdir, ada juga yang bilang mencari bekal di akhirat, ada juga mungkin yang tidak tahu. Sebenarnya jika di telusuri lebih dalam hampir semua orang tujuan hidupnya atau setidaknya capaian terakhirnya adalah mencari kebahagiaan.

Bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Setelah membaca definisi tersebut tentu kita setuju kalau kebahagiaan adalah sesuatu yang kita semua cari, rasanya tidak ada orang yang tidak ingin merasa senang dan bebas dari segala yang menyusahkan. Hanya saja ukuran bahagia masing-masing seseorang tentu berbeda-beda. Ada yang bahagia ketika bergelimangan harta yang tidak akan habis hingga keturunan ke 21, ada yang bahagia ketika semua cita-citanya tercapai, ada yang bahagia karena dipertemukan dengan belahan jiwanya, ada yang bahagia ketika melihat orang lain bahagia, ada juga yang bahagia ketika melihat orang lain sengsara, ada.

Beberapa waktu yang lalu ketika liburan long weekend. Saya diminta sepupu saya dari Jakarta menemaninya berwisata kuliner di Bantul. Hari pertama sepupu saya minta diantar ke sebuah warung bakmi jawa di dekat rumah saya. Karena menurutnya belum ke Bantul rasanya kalau belum mampir makan bakmi jawa. Warung bakmi jawa Pak Tris ini letaknya cukup jauh dari jalan utama, dan berada ditengah-tengah desa. Tidak ada papan petunjuk apapun kecuali yang ada di halaman warung. Tapi anehnya halaman parkirnya selalu dipenuhi mobil dengan berbagai macam plat nomor. Ketika kita melihat dengan kacamata bisnis, pasti akan timbul pertanyaan, kenapa Pak Tris ini tidak menyewa tempat dipinggir jalan raya sehingga warungnya lebih mudah diakses sehingga memungkinkan datangnya lebih banyak pengunjung.

Bapak saya yang lumayan dekat dengan Pak Tris itu pernah bercerita kalau dia jualan bakmi jawa bukan karena untuk bisnis atau mencari uang, dia berjualan bakmi jawa karena memang dia sangat suka bakmi jawa dan ingin menyalurkan hobinya lewat berjualan bakmi jawa. Menurut cerita dari bapak saya juga, sebelum berjualan bakmi jawa sendiri dia sering berburu bakmi jawa di semua tempat di DIY dan Jawa Tengah. Sampai-sampai dia hafal betul karakter dan dimana bakmi jawa yang enak diseluruh DIY dan Jawa Tengah. Saking terkenalnya warung bakmi jawanya, dia pernah ditawari memasak bakmi jawa disebuah acara yang diadakan Bupati Bantul, tapi dia tolak dengan alasan "kalau nanti saya masak disana, trus yang masak di rumah siapa?"

Hari kedua saya diajak lagi berwisata kuliner. Kali ini kita mengunjungi sebuah warung mangut lele di daerah Sewon, yang letaknya didaerah belakang kampus ISI Yogyakarta. Mangut Lele disini sangat terkenal di masyarakat Jogja dan sekitarnya, dan semakin terkenal di Indonesia (mungkin) setelah Pak Bondan datang kesini. Lagi-lagi bagi yang awam pasti akan bingung mencari tempatnya karena sama sekali tidak ada papan petunjuk apapun, dan letaknya ada ditengah-tengah perkampungan, dan karena jalannya terlalu sempit, kita harus berjalan kaki sejauh 10 meter untuk menjangkau warungnya. Itupun juga tidak akan kelihatan kalau rumah itu menjual mangut lele kalau kita tidak masuk ke dalam rumahnya. Dan lagi-lagi anehnya di gang dekat warung mangut lele tersebut berjajar mobil-mobil mewah dengan berbagai macam plat nomor.




Mangut lele tersebut dijual langsung dari dapurnya. Jika ingin dimakan disitu, tinggal ambil piring dan nasi lalu makan di ruang tamu layaknya sedang bertamu dirumah orang, jauh dari konsep warung yang paling sederhana sekalipun. Di ruang tamu dipajang foto-foto orang terkenal yang pernah datang kesitu, seperti Indro Warkop DKI, Surya Saputra, Guruh Soekarnoputra dan lain-lain.

Dari kedua tempat yang saya kunjungi tersebut ada kesamaan yang dapat kita ambil. Keduannya adalah orang-orang yang sudah merasa bahagia karena menjalani apa yang mereka senangi dan merasa cukup dengan apa yang telah mereka peroleh. Keduanya bisa saja memilih menerapkan ilmu bisnis yang lebih baik, sehingga warung kecilnya menjadi restoran yang besar dengan omzet ratusan juta tiap minggunya. Tapi mereka lebih memilih merasa cukup dan bahagia dengan apa yang telah mereka peroleh.

Jadi tidak semua orang memiliki ukuran kebahagiaan yang sama. Ada orang yang seperti Pak Tris yang bahagia karena bekerja dengan hal yang dia sukai, sesederhana itu. Kata nenek saya dulu, orang Jawa itu nrimo ing pandum atau artinya menerima dengan penuh rasa syukur atas apa yang telah diperoleh, kita berusa sekuat tenaga yang kita punyai dan menyerahkan hasil sepenuhnya pada sang pemilik kehidupan. Sekali lagi ukuran kebahagiaan seseorang itu tidaklah sama, tidak ada yang salah atau benar. Yang ada hanya apakah kebahagiaan itu cocok dengan ukuran kebahagiaan kita.

Jika ditilik dari konsep hidup manusia modern yang saat ini dianut banyak orang, dimana capaian hidup harus semakin tinggi dan sebisa mungkin memiliki materi yang berlimpah agar kebutuhan terpenuhi, mungkin konsep nrimo ing pandum adalah konsep yang tidak masuk akal. Tapi jika dengan begitu sudah bahagia? apa lagi yang harus dicari?


Selasa, 04 Juni 2013

Cowok yang Mesake

Selepas deadline 31 Hari Menulis berlalu, dan hari berganti menjadi selasa, saya memutuskan untuk pindah dari menatap layar 22" ke layar 14" di kamar. Karena tak ada lagi yang ingin dilakukan, terbelesit keinginan untuk memainkan sejumlah lagu di winamp. Malam itu saya memutuskan untuk memaikan semua lagu Sheila on 7, karena memang sudah lama telinga ini tidak mendengar lagu-lagu dari mereka.

Siapa yang tidak tahu Sheila on 7? Semua anak 90an Indonesia pasti tahu dan juga mengidolakannya. Sheila on 7 adalah salah satu band legendari Indonesia, yang mendapat gelar Band Sejuta Copy karena berhasil menjual album sebanyak lebih dari 1 juta copy, 3 album berturut-turut. Ketika memutar lagu-lagu dari Sheila on 7 pasti secara otomatis juga memutar kembali memory-memory masa muda dulu. Waktu itu ketika masih SD saya dan teman-teman sering menyanyikan lagu-lagu Sheila on 7 ketika istirahat atau berkumpul bersama, pokoknya Sheila on 7 adalah idola anak 90an.

Menariknya ada satu hal yang baru saya sadari belakangan ini tentang lagu-lagu Sheila on 7. Untuk sekedar informasi, saya biasanya menyukai musik bukan karena liriknya, tapi karena lagunya. Jadi tidak jarang saya menyukai sebuah lagu tapi tidak mengetahui liriknya tentang apa sampai beberapa bulan bahkan tahun, hal itu bahkan sampai sekarang masih sering terjadi. Nah, kasus tersebut terjadi juga pada lagu-lagu Sheila on 7.

Karena tidak ada pikiran apapun saya menyelokan diri memahami lirik-lirik lagu Sheila on 7 yang saya putar. Ada banyak sekali lagu, sekitar 60-70an kalau tidak salah. Dari sekian banyak lagu itu dapat saya simpulkan bahwa lagu Sheila on 7 selalu konsisten dengan satu tema, Cowok yang mesake. Mesake dalam bahasa Indonesia kurang lebih sama artinya dengan kasihan. Ya, lagu-lagunya selalu menceritakan seorang lelaki yang mesake, tidak berdaya di depan wanita, kehilangan kesempatan dan lain-lain, pokoke mesake.



Misalnya saja, lagu yang berjudul Pria Kesepian. Dari judulnya saja sudah mesake, bercerita tentang seorang pria yang ditinggal pergi kekasihnya. Misal lagi lagu yang berjudul Pejantan Tangguh, judulnya mungkin kelihatan sangar tapi lagu tersebut bercerita tentang seorang pria lemah yang berharap menjadi pejantan tangguh. Selanjutnya lagu yang berjudul Yang Terlewatkan, bercerita tentang seorang lelaki yang terlambat menyadari bahwa bidadari yang selama ini ia nanti sebenarnya sudah ada di dekatnya. Dia baru sadar ketika bidadari tersebut sudah bersama orang lain, ah mesake tenan yo? Bahkan lagu yang baru pun juga masih sama, Hari Bersamanya. Bercerita tentang seorang pria yang sedang jatuh cinta pada seorang wanita pujaannya sampai-sampai tak berdaya ketika dihadapannya, menatap matanya pun tak kuasa. Benar-benar kasihan.

Tulisan ini tidak dimaksudkan menjelek-jelekan lagu Sheila on 7, karena saya sendiri juga sejak dulu mengidolakan Sheila on 7. Menurut saya banyak lagu mereka yang liriknya tak lekang oleh waktu. Memutar lagu-lagu mereka sama seperti menyalakan mesin waktu.

Senin, 03 Juni 2013

Sendirian Kenapa Tidak?

Sore ini sepulang dari kampus saya mampir ke sebuah cafe di daerah Sagan. Kedatangan saya ke cafe tersebut dalam rangka memenuhi janji untuk bertemu dengan seseorang. Sebelum menuju TKP, perasaan tidak enak dan tidak nyaman menghantui keberangkatan saya. Pasalnya battery handphone saya sudah menunjukkan angka 2% dan saya tidak membawa charger ataupun powerbank. Tidak nyaman karena saya hampir bisa memastikan saya pasti datang duluan dan akan menunggu sekitar 15 menit. Dan ramalan saya benar-benar menjadi kenyataan, halah.

Begitu sampai tempatnya saya segera mencari tempat untuk duduk. Tak disangka saya bertemu seorang teman yang hendak meninggalkan tempat itu. Karena lumayan lama tidak bertemu kami melanjutkan sapaan ke sebuah obrolan kecil menanyakan kabar dan bla bla bla. Sampai obrolan tersebut berujung pada sebuah pertanyaan yang dilemparkan oleh teman saya, "kok dewean je? koyo wong ilang wae (kok sendirian? kayak orang ilang aja)" dengan jujur saya jawab kalau mau ketemu orang, lalu obrolan berakhir ketika teman saya berpamitan.

Pertanyaan "kok dewean je? koyo wong ilang wae" sering sekali saya dapati ketika pergi ke suatu tempat dan bertemu dengan orang yang saya kenal. Meski saya tahu dalam beberapa konteks seperti kejadian tadi pertanyaan "kok dewean je? koyo wong ilang wae" adalah pertanyaan basa-basi, dan tanpa tendensi apapun. Tapi ada beberapa momen atau konteks tertentu dimana pertanyaan itu dibarengi dengan rasa heran, merasa aneh, atau memang ada tendensi tertentu. Nah, itu yang kadang membuat saya bertanya-tanya, memangnya kenapa sih kalau pergi sendirian?

Ketika di sekolah dulu entah pelajaran KWN atau Sosiologi, sering dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia adalah mkhluk yang secara naluri senang bergaul dan hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara seutuhnya hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri, begitu kata Plato (atau Aristoteles ya?). Sehingga memang secara alami orang akan merasa "aneh" ketika melihat seseorang manusia lain sendirian. Jadi jangan buru-buru menyalahkan mereka juga yang mempertanyakan pertanyaan tadi, "kok dewean je? koyo wong ilang wae".

Tapi manusia juga disebut makhluk individu, sebuah organisme yang hidup berdiri sendiri, bersifat bebas dan tidak mempunyai keterikatan organik dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia juga punya naluri dan otoritas untuk hidup sesuai dengan kehendaknya sendiri. Seseorang adakalanya juga ingin beraktivitas sebagai individu sendirian tanpa ada keterikatan dengan orang lain, contohnya saja keteki melakukan ritual pagi, apa iya kita harus mengajak orang lain untuk turut serta ikut melaksanakan ritual tersebut?



Menurut saya seseorang kadang melakukan sesuatu sendirian karena memang sedang ingin sendiri, menikmati waktunya sendiri, tapa keterikatan dengan orang lain, memikirkan sesuatu karena sering kita tidak pernah benar-benar memikirkan sesuatu ketika bersama orang lain, berkomunikasi dengan dirinya sendiri atau karena aktifitas itu akan lebih bermakna atau lebih enak kalau dilakukan sendirian. Meski harus diakui seringkali sendirian juga karena terpaksa, karena memang tidak ada orang lain yang bisa diajak.

Menonton film di bioskop adalah salah satu aktifitas yang menurut saya akan lebih nyaman jika dilakukan sendirian. Hmm mungkin tidak hanya saya yang berpikiran begitu, beberapa orang yang pernah menonton film di bioskop sendirian pasti setuju dengan pendapat saya. Menonton sendirian meminimalkan hal-hal yang berpotensi menjadi distraksi saat menikmati sebuah film. Misal saja, ketika menonton bersama-sama tidak jarang teman kita berkomentar atau menanyakan sesuatu yang kita sendiri juga belum tahu, pada akhirnya konsentrasi kita terbagi. Hal tidak mengenakan nonton sendirian mungkin hanyalah ketika harus mengantri dan menunggu lama.

Pergi ke toko buku juga kadang lebih enak kalau pergi sendirian. Dengan pergi sendiri kita lebih nyaman membaca-baca buku apa yang akan kita beli, atau mungkin sekedar melihat-lihat. Ketika pergi bersama orang lain, mungkin akan ada perbedaan kepentingan yang kadan berpotensi mengundang perpecahan, halah. Aktifitas lain seperti travelling juga sebelas dua belas dengan pergi ke toko buku, kalau kepentingan masing-masing individu terlalu berbeda, tidak jarang pasti akan terjadi perpecahan.

Meski saya tidak masalah melakukan apa-apa sendirian, saya tetap lebih memilih bersama-sama jika memang bisa dilakukan bersama-sama. Ketika melakukan aktifitas bersama-sama, memang tujuan utamanya bukan mencari "kepuasan" yang sempurna seperti yang dimaksud di atas, tapi hal-hal lain yang ditimbulkan karena adanya aktifitas bersama. Seperti pertukaran informasi, pengalaman, kebersamaan, dan memory. Hal-hal tersebut kadang tidak diperoleh ketika melakukan aktifitas secara sendirian.

Jadi ketika seseorang melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat sendiran, jangan buru-buru menilai orang tersebut aneh atau kesepian. Bisa jadi memang dia sedang memanjakan dirinya menikmati dan menghabiskan waktu yang ada sendirian. Atau bisa juga merupakan perwujudan kemandirian dan independenitas karena tidak bergantung dengan orang lain. Tapi jika dia sendirian dan terlihat bingung, toleh kanan toleh kiri bisa jadi dia sedang tersesat.



Minggu, 02 Juni 2013

2050

Tahun 2050

Aku sudah berumur 60 tahun

Aku kembali lagi ke Jogja

Anakku yang pertama sudah hidup sendiri bersama keluarganya

Sebentar lagi punya cucu

Teman-temanku sudah semakin sangar dan tersebar keseluruh penjuru dunia

Indonesia memperingati ulang tahun kemerdekaannya yang ke-105

Indonesia menjadi negara yang jauh lebih maju

Aku merasa bodoh dulu menganggap 5 MBps adalah koneksi internet yang cepat

Sekarang sedang nge-trend travelling ke bulan

Perang masih saja terjadi

Untung saja belum kiamat



Sabtu, 01 Juni 2013

Mendengar



Di dunia ini banyak sekali orang yang pandai berbicara. Tak terhitung lagi jumlah MC ternama, orang yang pandai berpidato, motivator, presenter, Dosen. Semua pandai berbicara.
Tapi sepertinya tidak pernah mendengar ada orang yang terkenal karena pandai mendengar. Mungkin karena kita sejak kecil diajari bagaimana berbicara bukan mendengar. Mendengar mungkin dianggap remeh karena sudah dengan sendirinya kita bisa mendengar sejak terlahir ke dunia. Di berbagai jenjang pendidikan pun tidak ada pelajaran khusus mendengar tapi ada mata kuliah Public Speaking.
Telinga kita ada dua, mulut kita ada satu. Seharusnya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.