poster typographic |
keren juga kalau jadi iklan |
Mungkin ini adalah tahun ke-2 saya belajar sekaligus mengaplikasikan desain grafis dalam kehidupan sehari-hari, dan mungkin ini mungkin tahun ke-7 sejak pertama kali saya mulai menyentuh software-software desain grafis khususnya Adobe Photoshop. Ya, saya pertama kali mengenal photoshop waktu kelas 2 SMP dimana saat itu saya baru saja dibelikan komputer yang pada saat itu mungkin terhebat ke-2 di SMP saya. Dalam komputer itu sejak pertama kali dinyalakan dirumah saya, sudah diinstal berbagai macam software desain grafis, video editing dan beberapa game. Masih ingat ketika pertama kali dinyalakan saya langsung diajarkan bagaimana menggunakan ulead studio, autocad, dan photoshop. Untuk yang terakhir mungkin saya tidak diajari tapi mencoba sendiri (bangga). Tapi tak bertahan hingga sebulan, saya kemudian melupakan software-software tersebut karena tidak ada teman belajar dan beralih bermain game karena teman saya yang bernama Doni sering sekali meminjami saya CD Game koleksinya.
Keinginan saya untuk belajar desain grafis mulai muncul kembali ketika masuk kuliah di jurusan ilmu komunikasi. Waktu itu saya sedikit iri setelah dipameri Angga beberapa karya desain grafisnya, ketika awal perkenalan. Sejak saat itu saya mulai tergerak untuk membuka kembali photoshop saya, dan mulai belajar. Lagi-lagi karena sifat tidak telaten yang saya miliki membuat saya kembali bosan. Namun saya belum sepenuhnya meninggalkan photoshop, karena waktu itu saya cukup aktif dalam Publicia Photo Club (PPC), saya tetap menggunakan photoshop untuk mengedit foto. Baru keadaan mulai berubah ketika saya resmi menjadi anggota komako dan menginjak semster 3, ada matakuliah DKV, disinilah keadaan memaksa saya untuk menjadi bisa desain grafis atau setidaknya bisa menggunakan photoshop untuk menhasilkan sesuatu. Terlebih lagi sepertinya desain grafis bisa menjadi pendukung bahkan senjata utama ilmu yang saya pelajari di jurusan ilmu komunikasi.
Beberapa gaya desain grafis pernah saya coba, salah satunya mungkin gaya desain yang sempat menjadi ciri khas desain karya Angga sebelum teracuni mata kuliah periklanan. Tapi mungkin saya belum pernah mencoba gaya desain yang biasa digunakan Matahari, mungkin karena pemikiran saya yang tidak pernah sampai ke alam pikirannya yang sangar. Lagi-lagi karena saya orangnya tidak telaten, beberapa gaya desain kemudian menjadi tidak cocok karena membutuhkan teknik yang cukup tinggi, seperti gaya desainnya Angga. Sambil terus belajar, akhirnya saya menemukan sebuah gaya desain yang tidak selalu membutuhkan teknik tingkat tinggi, gaya itu adalah typo art. Selain karena alasan teknis, ada banyak alasan lain mengapa saya mulai dan semakin jatuh cinta dengan aliran ini.
Typo art menurut saya adalah gaya desain yang memiliki kesan simple, bersih, jelas, modern namun tetap bermakna dan bisa menyampaikan pesan. Seperti yang kita tahu, terlepas dari kemampuannya membentuk sebuah makna ketika dirangkai dalam kata dan kalimat, sebuah fot itu sendiri sudah memiliki makna dan kesan dari desain typografinya. Dan akan semakin bermakna ketika menjadi suatu elemen dalam sebuah desain. Meski cenderung lebih mudah, bukan berarti aliran ini mudah, pemilihan font dan layout yang tidak tepat, akan mengganggu makna atau pesan yang ingin disampaikan.
Kaiser Permanente Case Study (full version) from Nicole Novak on Vimeo.
WinningQuote - Typography from D-sign on Vimeo.
typographic desain dalam bentuk video
Seperti yang saya katakan di awal tadi, sepertinya saya memang mulai dan semakin jatuh cinta dengan typographic desain atau typo art. Aliran ini sudah cukup mempengaruhi cara berpikir saya dalam merancang sebuah karya desain grafis. Dari sini lah timbul keinginan untuk semakin mendalami aliran ini. Dan sejauh ini sepertinya aliran ini masih sangat jarang di populerkan di jogja khususnya.
0 comments:
Posting Komentar