Minggu, 08 Mei 2011

Sekumpulan Data Di Otak Tentang Banyak Tahu dan Asumsi

Ah..mungkin postingan ini akan sangat absud, racetho, ambyar dan lain sebagainya, karena mungkin ini adalah tumpahan data-data di otak yang belum sempat di encoding menjadi bahasa manusia. Ya mungkin bisa dibilang ini postingan curhat gegalauan yang tiba-tiba saja muncul sore ini karena tweet dari seorang teman. Bukannya mau menyalahkan temanku yang telah menulis suatu tweet di sore hari yang selo ini. Dia tidak salah cuma mungkin akunya saja yang kemudian membuat beberapa asumsi yang akhirnya mempengaruhi kestabilan otak hahahaha.

Entahlah..akhir-akhir ini aku jadi merasa tau banyak hal ternyata ada ga enaknya juga. Tau banyak hal mungkin menjadi suatu impian bagi sebagian orang karena dengan tau banyak hal mungkin kita jadi bisa lebih bermanfaat dalam pergaulan sosial kita. Yaa..aku juga setuju dengan pandangan itu tapi mungkin lebih tepatnya kalu itu adalah tau banyak hal yang penting dan bermanfaat. Hmm..mungkin pendapatku itu salah karena mungkin aku berubah pikiran juga. haaa entahlah...

Tau banyak hal sangat erat kaitannya dengan naluri manusia yaitu mempunyai rasa ingin tahu sebagi akibat dari memiliki akal. Nah aku juga tidak menyalahkan pemberian Allah yang satu ini tapi lagi-lagi ternyata tidak semua manusia bisa memanfaatkannya dengan sangat bai pemberian yang sangat luar biasa ini. Sehingga seorang anak manusia bisa dengan selonya mencari tahu sesuatu yang sebetulnya tidak ada hubungannya dengan dirinya, tapi karena suatu kepentingan, yang tadinya tidak ada hubungannya berubah jadi hubungannya dan mempunyai pengaruh pada seseorang yang tadi ingin mencari tahu. Hahaha..mungkin disini aksiologi yang biasa kita temui dalam mata kuliah filsafat berperan.

Beberapa contoh kasus tentang ketidak enakan karena tau banyak hal mungkin pernah terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia. Seseorang yang tidak bersalah apa-apa bisa saja dibunuh karena tahu suatu rencana pembunuhan. Atau bahkan seseorang diteror oleh sesorang karena dia tahu sesuatu. Yaa hari rabu yang kacau kemarin juga salah satunya karena tau banyak hal hmmm. Mungkin ketidak enakan juga terjadi pada seseorang yang sering dijadikan tempat curhat. Mending kalau kliennya cuma satu orang bagaimana kalau lebih dari 2 atau mungkin 3, 4, 5 mungkin?

Ahh..mungkin lebih tepatnya begini, menjadi tau banyak akan menjadi bermasalah ketika kita tau banyak hal/info tapi belum cukup atau menyeluruh. Maksudnya kita tahu suatu info tapi baru sepotong, lalu kita dapat info lain lagi yang juga cuma sepotong-sepotong. Nah disini mungkin akan timbul suatu asumsi karena kita berusaha melengkapi sepotong info yang kita dapat tadi. Lalu sebenarnya siapa yang salah ketika asumsi yang kita buat ternyata tidak menguntungkan bagi kepentingan kita. Kemudian karena tidak menguntungkan kemudian kita berusaha sekeras mungkin untuk tidak percaya agar asumsi tersebut tidak berubah menjadi kenyataan, tapi justru ketika semakin berusaha tidak mempercaiyainya malah asumsi tersebut menjadi kenyataan. Huufft hidup ini memang pelik.

oh..iya, ketika kita tahu banyak hal justru pengetahuan kita tersebut jadi membuat kita membatasi diri untuk berekspresi. Mungkin pendapat yang ini aku mendapat sedikit dukungan dari teman-teman D5 yang kemarin juga bercerita demikian. Tapi mungkin benar juga, seperti kata bapak-bapak botak yang selalu hadir setiap hari minggu malam di metro tv itu juga pernah berkata bahwa ketika semakin banyak tahu maka kita akan semakin ragu mulai melangkah karena banyak asumsi yang muncul di kepala kita, jangan-jangan begini, jangan-jangan nanti begitu, yang pada akhirnya membuat kita tak jadi "melangkah". Mungkin suatu anugrah yang patut disyukuri orang-orang yang lebih sedikit tahu karena mereka tidak tahu maka dengan percaya diri mereka "melangkah" dan mungkin malah berhasil, Allah maha adil.

Aaaaah..entahlah, tapi kenapa asumsi yang aku buat hampir selalu menjadi kenyataan padahal tidak menguntungkanku? hmm..yasudahlah mungkin kita harus berhenti berasumsi, tapi bagaimana kita bisa berhenti berasumsi ketika berasumsi sendiri seperti sudah menjadi naluri seorang manusia. Atau sebaiknya kita tidak ttahu apa-apa saja? aahh itu juga tidak mungkin.

Entahlah...

0 comments:

Posting Komentar