Mungkin bagi sebagian besar mahasiswa kuliah pagi pukul 07.00 adalah suatu hal yang sangat berat dan tidak menyenangkan. Terlebih bagi seorang mahasiswa senior, kuliah jam berapapun rasanya males. Hahaha..tapi entah kenapa sejak awal masuk kuliah sampai sekarang menurut saya kuliah pagi adalah kuliah yang menyenangkan, suasana masih segar dan cuaca tidaklah panas dibanding kuliah pukul 15.00, dimana suara dosen yang mengajar rasanya seperti sebuah sugesti untuk tidur.
Ya, hari ini saya kuliah pagi jam 07.00 matakuliah Kerja dan Masyarakat Kontemporer. Sebuah matakuliah jurusan Sosiologi yang harus saya ambil untuk memnuhi syarat kelulusan. Matakuliah ini juga sangat populer di kalangan mahasiswa Fisipol UGM hal ini mungkin terbukti dari daftar absensi kelas tercatatan ada lima angkatan yang mengikuti matakuliah ini, dari angkatan 2007 sampai angkatan 2011.
Meski begitu, pada tulisan kali ini saya tidak akan membahas tentang kuliah pagi dan kuliah lintas jurusan tersebut. Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman beberapa tahun yang lalu, meski mungkin agak memalukan tapi mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi yang belum pernah mengalaminya. Karena kata orang bijak belajar tidak harus selalu dari pengalaman sendiri hehehe...
Tidak seperti biasanya hari ini saya berangkat kuliah dengan tas ransel yang cukup berat berisi laptop. Boleh dibilang ini momen yang langka mengingat sudah lebih dari 2 tahun ini saya jarang bahkan hampir tidak pernah lagi membawa laptop saat kuliah. Tujuan hari ini saya membawa laptop kali ini karena ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan pagi ini, padahal siang hari juga ada janji dengan seorang teman. Bukankah sebuah pemborosan, buang-buang waktu dan hal yang sia-sia jika sepulang kuliah pagi saya pulang kerumah sejauh 18 Km mengerjakan di PC dan tidak lebih dari 2 jam harus kembali lagi ke daerah UGM, dan itulah tujuan laptop diciptakan.
Selesai kuliah di kampus Sekip, saya bergegas ke kampus Fisipol Bulaksumur. Setelah mampir sebentar ke kantin, perjalanan dilanjutkan ke World Bank Corner perpus pusat yang jaraknya tidak cukup jauh. Tempat ini dipilih karena nyaman tidak panas, tenang, ada listrik dan yang paling penting ada internet. Setelah mendapat tempat duduk yang memang cuma saya sendiri yang baru ada disitu, mulailah bergelut dengan laptop.
Sekitar 30 menit perhatian terus tertuju pada laptop, mata mulai mengamati keadaan yang ternyata semakin ramai. Saat perhatian tertuju pada jendela, tak sengaja melihat pantulan layar laptop dari beberapa pengunjung World Bank Corner lain, sehingga dengan jelas setidaknya tahu apa yang sedang mereka lakukan dengan laptop mereka. Sambil terus mengamati tak disangka tiba-tiba sang pemilik laptop membuka sebuah video yang mengandung konten pornografi. Mungkin karena merasa dalam posisi "aman" orang tersebut dengan santainya terus menyaksikan video tersebut.
Ketika melihat kejadian ini, jujur agak geli melihatnya. Bukan karena video itu lucu atau bagaimana, hanya saja kejadian tadi pagi mengingatkan pada apa yang pernah saya alami beberapa tahun yang lalu. Waktu itu masih hobi-hobinya berburu hotspot dengan internet berkecepatan dewa di lingkungan kampus UGM. Ada suatu tempat yang waktu itu harus diakui adalah lokasi paling dewa internetnya, yaitu di PPTIK UGM. Kalau ada yang belum tahu, lokasinya ada di sebelah utara gelanggang mahasiswa. Pada masa itu koneksi internet di PPTIK sangatlah cepat, kecepatan downloadnya rata-rata sekitar 1 MBps, bahkan saat sepi bisa mencapai 3-4 MBps.
Kurang beruntung hari itu koneksinya agak melambat, kami para pengunjung harus puas dengan keceptan download 100an KBps, tapi dengan kecepatan seperti itu sudah bisa streaming video tanpa buffering. Masih ingat waktu itu saya mencoba mendownload Adobe Master Suit CS3 yang besarnya sekitar 2 GB. sambil menunggu iseng-iseng buka vimeo, melihat ada yang "menarik" di halaman depan, isenglah klik video tersebut. Tanpa buffering dimainkanlah video tersebut, memang ada peringatan bahwa video tersebut mengandung konten dewasa, tapi karena sudah merasa 18+ santailah melanjutkan video tersebut. Jadi intinya video tersebut berisi tentang liputan seorang pembuat boneka manusia yang bisa sangat mirip seperti aslinya. Meski itu menampilkan bagian-bagian tubuh mirip manusia telanjang, tapi saya tetap santai karena itu bukan pornografi. Baru beberapa menit awal video dimainkan, tiba-tiba datanglah seorang bapak menghampiri, dan dengan nada agak marah bilang "mas kalo disini jangan buka video porno", spontan saja semua mata memandang ke TKP, karena agak kaget dan bingung juga saya cuma bilang "haa? saya ga liat video porno pak"
Singkat cerita, jadi bapak itu tahu dari pantulan layar laptop di jendela. Harus diakui memang disitu ditampilkan boneka yang telanjang sehingga sekilas memang terlihat seperti video porno, tapi sejujurnya tidak terima juga dengan sikap bapak tadi yang terlalu blak-blakan menegur tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu. Mau menjelaskan ke bapak itu pun sepertinya sia-sia karena beberapa pasang mata sudah terlanjur memiliki mind set yang sama, kalaupun saya menjelaskan yang terlihat juga saya seperti membela diri dari "kesalahan". Untuk membuktikan bahwa saya tidak bersalah saya tidak meninggalkan tempat itu 1 cm pun. Tapi saat perjalanan pulang entah kenapa jadi merasa bodoh juga karena tindakan itu :(
Video yang waktu itu saya lihat mirip dengan video di atas tapi sepertinya bukan itu, entah apa judulnya saya juga lupa. Yang jelas pelajaran yang dapat diambil dari kejadian tersebut adalah jangan merasa sudah aman dengan posisimu hahaha... atau lebih bijaknya jangan menonton hal-hal yang mengandung konten dewasa di ruang publik. Karena jika terjadi kesalahpahaman kau tidak bisa membela diri.
1 comments:
wooh arie ternyataaaa :0
Posting Komentar