Senin, 14 Mei 2012

Sedikit Harapan Untuk Indonesia

Sebagian besar diantara kita mungkin akan tutup mata dan diam ketika ditanya tentang bagaimana persoalan masyarakat Indonesia saat ini. Tutup mata dan diam bukan karena tidak ada masalah sama sekali yang harus dibicarakan, akan tetapi karena ada apa-apa di masyarakat Indonesia. Seperti sebuah benang kusut yang entah dimana semua bermula dan dimana semua berakhir, begitulah gambaran singkatnya.
Dari sekian banyak permasalahan yang melanda masyarakat Indonesia, kita ambil satu saja masalah praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Mungkin selama ini ketika kita membicarakan praktik KKN yang terbayang dipikiran kita adalah para pejabat-pejabat di atas sana yang mencuri uang rakyat. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa praktik KKN sebenarnya ada dimana-mana, bahkan mulai dari rakyat biasa. Berbagai orang pintar juga pernah berkata bahwa korupsi di Indonesia sudah membudaya dan mendarah daging di setiap individu.
Ada sebuah cerita yang berkaitan dengan praktik KKN ketika saya mengantri di Kantor Imigrasi. Ketika sedang duduk manis menunggu antrian, datanglah dua orang pegawai kantor (entah lupa itu seragam kantor mana) yang satu ibu-ibu cukup muda, sekitar 28-30 tahun dan (mungkin) temannya seorang pria yang sepertinya seumuran dengan ibu tersebut. Begitu datang mereka langsung duduk di depan saya, tidak lama kemudian ibu tersebut menelepon seseorang, sekilas saya mendengar ibu itu berkata "aku lagi di ruang tunggu nih... bla...bla..bla..." selesai dengan obrolan singkat tersebut tak sampai lima menit seorang pegawai Kantor Imigrasi datang, dan mereka saling menyapa. Tidak perlu bertanya pun semua orang yang memperhatikan pasti tahu kalau mereka saling berteman atau setidaknya saling kenal. Karena tidak ada kerjaan lain selain menunggu, iseng saya memperhatikan apa yang mereka perbincangkan. Perbincangan mereka kemudian semakin menarik perhatian saya ketika si Ibu berkata "iya antrinya lama nih...mbok aku dibantu...".
Mendengar kalimat tersebut saya hanya tersenyum sambil menghela nafas dan geleng-geleng. Sambil memperhatikan sekeliling saya melihat sepasang kakek-nenek yang baru saja menyerahkan berkas ke loket kemudian duduk dengan sabar mengantri lagi. Dalam pikiran saya, bagaimana bisa ibu tadi bilang antriannya lama ketika belum ada lima menit duduk, kemudian berniat memotong prosedur yang ada dengan "minta tolong" temannya tadi. Pengalaman tersebut mungkin bukan yang pertamakalinya. Saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) saya sempat menemani teman saya yang berniat membuat program SIM Keliling ke Polres. Kami ke Polres untuk menanyakan bagaimana prosedur mengadakan program tersebut kepada pejabat terkait yang berwenang mengurusi SIM. Ditengah pembicaraan kami, tiba-tiba ada seorang bapak dan anak perempuannya masuk ke kantor dan duduk di ruang tunggu, karena kami sudah selesai bertanya-tanya, kami segera bergegas pulang. Karena saya penasaran dengan apa keperluan bapak dan anak perempuannya tersebut, sengaja saya berjalan pelan-pelan agar bisa sedinkit mendengar apa yang mereka bicarakan. Agak lupa bagaimana pembicaraan mereka, tapi yang jelas maksud dari bapak tadi ternyata ingin minta tolong agar proses pembuatan SIM anaknya tadi "dipermudah".
Mungkin masih banyak contoh praktik KKN di masyarakat kita yang tidak akan cukup dibahas ditulisan ini. Tapi selain cerita negatif tentang praktik KKN tersebut, saya juga pernah membaca beberapa artikel yang menceritakan bahwa orang Indonesia yang bekerja di luar negeri terkenal dengan produktifitas kerjanya yang tinggi. Mereka dikenal sebagai pekerja yang rajin, disiplin, cekatan, jujur, dan rapi hasil kerjanya. Cerita dari artikel tersebut juga semakin dikuatkan dengan cerita dari saudara dan teman saya yang pernah tinggal sementara di luar negeri. Dari cerita mereka orang Indonesia di luar negeri juga bisa disiplin dan "beradab". Tidak kelihatan kalau mereka orang Indonesia yang dalam bayangan kita orang Indonesia itu tidak disiplin, buang sampah sembarangan, tidak sabar mengantri, dan tidak tahu aturan. Lalu kenapa orang Indonesia yang bisa "beradab" negeri orang tidak bisa di negerinya sendiri?
Dari dua cerita berbeda di atas mungkin secara bodoh dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya yang patut dipersalahkan atas segala permasalahan masyarakat di Indonesia saat ini bukanlah orangnya tapi sistem yang berjalan. Karena sistem kita yang memungkinkan terjadinya praktik KKN, maka orang-orang yang ada dalam sistem menjadi terbiasa melakukan praktik KKN. Lalu ketika dibawa ke sistem yang jauh lebih bersih, maka orang-orang tersebut juga berlaku bersih juga.
Melihat ada cerita-cerita positif diantara cerita-cerita kebobrokan bangsa ini, seolah memberi kita harapan bahwa masa depan bangsa ini masih bisa cerah. Untung saja pegawai Kantor Imigrasi yang dimintai "tolong" ibu-ibu itu dengan sopan menolak permintaan "tolong" tersebut. Untung saja ketika saya mengantri, masih banyak anak-anak kecil yang dengan sabar juga ikut mengantri. Untung saja ketika membuat SIM saya tidak sendirian mengikuti Diklat Berlalu-lintas, ujian tulis, dan ujian praktik. Semoga saja masih diberi kesempatan untuk bisa melihat bangsa ini menjadi bangsa yang jauh lebih baik di masa depan :)

0 comments:

Posting Komentar