Kamis, 03 Mei 2012

Preferensi Warna Suatu Bangsa

Membaca judulnya mungkin seperti judul sebuah makalah atau karya ilmiah, padahal tulisan ini sama sekali tidak akademis karena cuma berdasarkan rasa sok tahu dan sok berteori saya saja. Meski setidaknya tulisan ini dibuat dari rasa penasaran saya setelah setiap hari menemui serta mengamati berbagai desain produk, arsitektur maupun desain grafis hasil karya manusia. Dari situ saya menemukan pola-pola yang terus terulang yang semakin lama semakin mengarahkan pada suatu generalisasi bahwa suatu kelompok tertentu memiliki kecenderungan untuk memilih suatu elemen desain yang sama. Elemen desain yang saya maksud disini adalah warna.




Gambar-gambar di atas adalah contoh desain yang saya maksud. Tanpa harus diamati dengan teliti, kita dapat menyimpulkan bahwa warna dominan yang dipakai adalah warna hijau. Kemudian warna dominan selanjutnya adalah warna merah atau kuning.
Kalau kita ingat-ingat sejenak, penggunaan warna hijau, kuning, dan merah hampir selalu kita temui di semua produk desain orang Indonesia atau lebih spesifiknya orang Jawa kebanyakan. Mulai dari spanduk, kemasan produk, logo, selebaran, bahkan rumah pasti memiliki kecenderungan memakai warna hijau. Dari sinilah secara bodoh saya mencoba mengeneralisasikan bahwa preferensi warna mereka adalah warna hijau,merah dan kuning. Lalu apakah sebenarnya yang membuat warna hijau menjadi preferensi warna orang Indonesia atau lebih spesifiknya orang Jawa?
Berbekal sedikit pengetahuan yang diperoleh dari sejak saya duduk dibangku TK hingga sekarang. Saya mencoba memahami dan menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi warna tersebut. Preferensi wana sebuah kelompok mungkin bisa dibilang merupakan bagian dari sebuah budaya, mengingat sifatnya turun temurun dan sifatnya masal pada suatu kelompok. Dan budaya menurut sepengetahuan saya merupakan buah dari mekanisme beradaptasi sekelompok manusia terhadap lingkungan tempat mereka tinggal. Sehingga secara primitif budaya sangat dipengaruhi oleh kondisi alam atau lingkungan tinggal suatu kelompok manusia. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat pegunungan dan masyarakat pesisir, mereka memiliki kebudayaan yang berbeda dalam hal mata pencaharian misalnya. penduduk pegunungan atau dataran rendah mata pencahariannya mayoritas adalah petani sedangkan penduduk pesisir mayoritas adalah nelayan.
Indonesia atau Jawa lebih spesifiknya, berada di bagian bumi yang dikenal denagn daerah katulistiwa atau daerah tropis. Di daerah ini selalu mendapatkan sinar matahari yang relatif konstan sepanjang tahunnya, dan sinar matahari adalah pendukung utama tumbuhan agar tetap hidup. Sehingga di daerah ini mulai dari rumput hingga pohon besar ada dan hidup sepanjang tahun. Dan inilah yang mempengaruhi mata pencaharian penduduk di daerah ini yang mayoritas adalah petani.
Lalu apa hubungannya warna dengan iklim tropis yang mempengaruhi kebudayaan? Nah disinilah kuncinya, ketika tumbuhan di daerah tropis hidup sepanjang tahun, maka bisa dikatakan daerah ini juga hijau sepanjang tahunnya, sehingga tidak heran ada sebutan Zamrud Katulistiwa. Hal ini karena sejauh mata memandang, hanya warna hijau yang tampak. Sehingga mungkin warna hijau menjadi warna yang dipilih nenek moyang kita untuk mengekspresikan suatu keindahan. Warna merah dan kuning juga menjadi preferensi utama juga mungkin dari mayoritas warna buah dan bunga asli daerah tropis adalah warna merah dan kuning. Hal ini terus terulang sehingga akhirnya menjadi turun temurun dan menjadi bagian dari budaya dan budaya yanterus turun temurun semakin lama menjadi semacam insting suatu kelompok tertentu.
Hubungan antara iklim dan preferensi warna juga berlaku diberbagai negara di bumi ini. Kita ambil contoh negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea dan Cina. Produk desain seperti rumah, lukisan, dan berbagai aplikasi desain grafis mereka jika kita amati dan kita simpulkan preferensi warna mereka adalah warna coklat, keemasan dan warna-warna lembut yang senada dengan pink dan kuning. Warna-warna tersebut adalah warna tanah dan warna bunga. Negara-negara tersebut seperti yang kita ketahui adalah negara yang berada di daera iklim sedang dimana ada 4 musim dalam setahun. Di negara iklim sedang pohon atau tumbuhan tidak hidup sepanjang tahun terutama di musim gugur dan dingin. Di daerah ini pula jenis tumbuhannya bukan tumbuhan yang berdaun besar dan rimbun sepanjang tahun, tumbuhannya di dominasi tumbuhan-tumbuh pendek dan memiliki bunga beraneka ragam warna. Disinilah mengapa preferensi warna mereka juga lebih bervariasi.







Selain negara di Asia Timur dapat kita ambil contoh juga negara yang beriklim kutub seperti Greenland. Di negara iklim kutub hampir sepanjang tahun kita akan melihat salju. sehingga warna putih selalu menyelimuti daerah ini akan tetapi warna putih bukan menjadi preferensi warna orang-orang di daerah ini. Dan mungkin warna putih memang secara primitif hampir di semua negara/daerah bukanlah merupakan warna. Di daerah kutub seperti Greenland mereka menyukai warna-warna bata yang kontras dengan salju. Hal ini sangat terlihat dari pemilihan warna rumah mereka yang memakai warna-warna bata, tidak melulu merah tapi juga biru bata, kuning dan lain-lain.




Mungkin seperti itu analisa dari rasa sok tahu saya. Jelas tulisan ini belum bisa dianggap benar karena hanya murni merupakan pemikiran dan pendapat pribadi. Saya juga belum pernah membaca literatur yang membahas tentang permasalahan ini, sehingga jika ada kesalahan mohon koreksinya. Semoga bermanfaat :)


0 comments:

Posting Komentar