Jumat, 18 Mei 2012

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berbohong

Tulisan ini terinspirasi kejadian tadi sore ketika seorang teman (tidak perlu disebutkan identitasnya) mencoba mencari alasan untuk tidak ikut kami kembali ke kampus. Karena mungkin persiapan yang kurang matang alasan yang dia sampaikan menjadi sangat jelas kalau dia sedang berbohong. Dan tentu saja teman-teman yang lain menyadarinya tanpa perlu bersusah payah.
Berbohong mungkin merupakan salah satu mekanisme bertahan manusia ketika menjadi makhluk sosial. Secara alamiah berbohong mungkin bertujuan agar seseorang merasa aman karena tidak ingin sesuatu yang tidak dia inginkan diketahui orang lain. Akan tetapi karena semakin kompleksnya hubungan antara manusia di masa kini, berbohong tidak hanya sekedar menjadi mekanisme bertahan. Bahkan seseorang berbohong untuk melindungi orang lain atau bahkan berbohong untuk menjatuhkan orang lain. Dalam konteks yang lebih tinggi ada sebuah konsep komunikasi dimana kita tidak memberitahukan semua fakta yang ada kepada seseorang. Secara teori mungkin itu bukan berbohong tapi sebenarnya esensinya sama dengan berbohong itu sendiri, sama-sama tidak memberitahukan fakta yang sebenarnya.
Disini saya sedikit berbagi hal-hal yang harus dilakukan saat berbohong. Saya mencoba berbagi tips ini bukan berarti saya ahli dalam berbohong. Tapi setidaknya hal-hal ini pernah coba saya terapkan ketika terpaksa saya harus menyembunyikan fakta yang sebenarnya.

  1. Berpikir masuk akal 2-3 langkah ke depan. Yang dimaksud disini bukanlah beragamnya alasan atau kebohongan, tapi banyaknya "lapisan" alasan/kebohongan yang mendukung alasan/kebohongan pertama. Sehingga ketika kebohongan pertama berhasil dikritisi masih ada backup. Disinilah modal utama para penutup fakta dipercaya, semakin masuk akal dan berlapis-lapis, semakin berhasil pula strategi komunikasi menutupi fakta yang sesungguhnya.
  2. Perhatikan bahasa tubuh kita. Bahasa tubuh adalah reaksi yang tidak bisa kita hindari ketika berinteraksi dengan orang lain. Sehingga disinilah kadang menjadi awal kebohongan terungkap, namun ketika kita bisa mengendalikannya akan menjadi sebuah senjata ampuh. Ketika berbohong secara alamiah tubuh kita menjadi gelisah, gugup dan tidak tenang. Seseorang yang berbohong biasanya cara bicaranya menjadi terbata-bata dan tidak lancar. Kemudian lirikan matanya mengarah ke kanan atas dan tangan menjadi terlalu banyak bergerak. Untuk mengatasinya cobalah berbicara dengan tenang tidak usah terburu-buru dan usahakan padangan mata tetap pada lawan bicara, cobalah pandang daerah lekukan hidung antara kedua mata.
  3. Konsisten. Konsisten disini adalah sikap untuk tetap pada "alur" yang telah dibuat. Jadi ketika sudah bilang A, maka kita harus selalu bilang A kepada siapapun yang berhubungan dengan target kalau perlu selamanya sampai upaya menutupi fakta yang sebenarnya terbongkar. Kalau kita bilang sakit flu ya kita harus konsisten bilang sakit flu. Sikap konsisten ini adalah pendukung keberlangsungan hidup sebuah kebohongan. Kunci utamanya ada pada kesadaran dan selalu ingat apa yang telah kita katakan. Serta jangan lupa memperhatikan detail-detail kecil pendukung sikap konsisten, misal seperti status twitter atau facebook. Bukankah lucu ketika tweet kita "jalanan macet" tapi kita tweet dari web
Hahaha..tulisan kali ini mungkin bisa disebut mengajarkan keburukan, tapi jujur niatan dari penulis sendiri bukan untuk itu. Sebuah kebohongan pada dasarnya hanya akan memicu kebohongan lain dan jika kalian percaya dosa, setiap kebohongan pasti memiliki nilai dosa sendiri. Jadi sebaiknya jangan berbohong! lho???


0 comments:

Posting Komentar