Selasa, 21 Mei 2013

Tak Ada Lagi Matahari di Kampus Fisipol UGM


Entah apa yang kami pikirkan siang itu di Bundaran HI Jakarta. Beberapa foto dengan pose seperti orang hilang akal pun tercipta di tengah keramaian Ibukota Indonesia. Dapat hadiah pun tidak tapi entah kenapa puas rasanya melakukan beberapa kebodohan tersebut. Kalau mengira kami melakukan aksi tersebut dengan lancar, kalian salah besar. Setelah beberapa frame gambar pose bodoh tersebut, kami dimarahi satpam daerah itu karena telah mengganggu keindahan.

Itu tadi adalah sebagian kecil cerita dari liburan nekat saya dan teman-teman di Ibukota. Waktu itu Juni 2010, setelah hampir enam bulan bergelut dengan mata kuliah PNI dan segala matakuliah lain, kami iseng memutuskan untuk liburan. Waktu itu kami menginap di rumah saudaranya Matahari, seorang teman saya yang "unik". Dan dari liburan itulah saya semakin percaya bahwa dia memang salah satu teman saya yang mungkin punya keturunan alien.

Nama lengkapnya adalah Matahari Asysyakuur, biasa dipanggil Matahari, mamat, atau Dimas. Untuk yang terakhir jangan tanyakan pada saya kenapa bisa begitu, karena saya juga tidak tahu pastinya. Pertama kali saya mengenalnya di tahun 2008, ketika saya menginjakkan kaki saya di Fisipol UGM sebagai mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi.

First impression yang saya dapat ketika pertama kali berkenalan dengan Matahari adalah seorang yang literally sangar, orangnya mungkin suka berkelahi dan tawuran, pendiam, apalagi setelah tahu kalau dia anak skate. Karena first impression itu saya kemudian agak segan dengan Matahari pada beberapa bulan awal kuliah.

Tapi jika sekarang saya ingat pemikiran itu, saya jadi merasa bodoh dan menyesal pernah punya first impression itu. Hampir satu semester mindset itu masih tertanam kuat di otak saya, karena waktu itu saya jarang sekali terlibat pembicaraan panjang dengan Matahari, sampai suatu ketika saya membaca blog nya yang berjudul Fantasi Matahari dalam postingan berjudul Manusia Pasir dan mendapat chat FB berisi link sukatoro dan semacamnya. Sejak saat itu mindset awal yang sempat terbangun, mendadak luluh lantak bagai rumah habis diterjang badai *face palm*

Sejak era komstra dimulai, saya semakin tahu seperti apa Matahari orangnya, dan ya memang sangat berbeda dengan apa yang terlihat. Jika kalian pernah membuka WTF Japan Seriously, ya seperti itulah gambaran tentang Matahari, berbeda. Ketika ada keanehan di timeline social media, tidak lain dan tidak bukan biasanya bermula dari Matahari. Ketika ada kejahilan yang kelewat hina, juga pasti hasil pemikiran Matahari. Dan ketika ada kejadian yang "epic" patut dicurigai ada hubungannya dengan kehadiran Matahari.



Terlepas dari segala keanehan Matahari, harus diakui Matahari adalah inspirasi bagi teman-temannya. Angga pernah berkata begini pada saya "Ketoke awakdewe nek memulai sesuatu mesti gara-gara Matahari disikan (kayaknya kita selalu memulai hal-hal baru karena Matahari memulai duluan)". Meski saya kadang agak jengkel dengan sikap Matahari yang keras kepala dan emosional ketika lapar, harus diakui bagi saya, Angga dan Cahya banyak hal-hal baru yang kami mulai karena terinspirasi dari Matahari. Mulai dari keisengan-keisengan dan kejahilan-kejahilan semua berasal dari Matahari. Ketika Matahari pertama kali ikut  kompetisi iklan dan menang, kami semua kemudian termotivasi untuk ikut berbagai macam kompetisi. Dan yang terakhir ketika Matahari berhasil mengerjakan skripsi dan lulus kami semua kemudian termotivasi untuk segera memulai skripsi. Matahari memang berperan sebagai matahari bagi teman-temannya.



Hari ini Matahari wisuda dan mendapat gelar sarjana. Lagi-lagi kami harus menyaksikan Matahari memulai sesuatu duluan. Bayangkan, temanmu bermain, kerja kelompok dan tersesat di negeri orang tiba-tiba sudah menjadi sarjana dan siap mengejar mimpi selanjutnya. Wisuda periode ini angkatan 2008 tak banyak yang diwisuda jika diandingkan bulan November atau Februari yang lalu. Ketika menghadiri pendadaran atau wisuda teman-teman seangkatan sebelumnya, tak sedikitpun rasa iri atau tergerak untuk segera ikut menyusul. Tapi ketika mendengar kabar Matahari lulus pendadaran dan wisuda, rasanya seperti ditampar agar segera bangun dari mimpi. Ya, mungkin memang lagi-lagi kita harus mengikuti jejak Matahari. Selamat sarjana Mat, selamat menggapai semua mimpi dan cita-cita. Sampai jumpa di awarding night Spikes Asia, Adfest, New York Festival, Clio, Adstars, dan Cannes Lions nanti...



Kita harus cepat sebelum jatuh ke tangan yang salah - Matahari Asysyakuur

1 comments:

Matahari mengatakan...

kyaaa....jadi terharu rie :')
kamu tah aja aku gampang emosi kalo lagi laper :p

Posting Komentar